04 March 2007

Tuhan, Jangan Biarkan Saudariku Menjadi Pelacur

::abu syamil basayev



Judul asli: Tuhan, Jangan Biarkan Saudariku Menjadi Pelacur dan Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus: Memoar Kepedulian Seorang Muslim; Penerbit: Pustaka Ghozwul Fikr; Tebal: xi+45 hlm

Ketika pertama kali baca buku Tuhan izinkan aku jadi pelacur memoar luka seorang muslimah saya benar-benar mengurut dada dan menangis dan tercampur dengan luka yang luar biasa yang menghentak dari lubuk hati yang paling dalam, ada maksud apakah Muhidin M Dahlan dan juga Nidah Kirani mengejek secara habis-habisan Allah, Islam, syariat Islam, lelaki, dll. Mereka berdua terutama si Muhidin yang mengatasnamakan keluhan Nidah Kirani benar-benar menghina Allah tanpa batas, Allah diejek, disumpah serapahi, dengan kata-kata porno yang mirip cerita stensilan....

Bahkan karena terlalu pornonya kata-katanya diberi coretan agar tidak terbaca, tapi catatan kakinya belum sempat terhapus sehingga masih terbaca. Meskipun Muhidin mengaku bahwa buku Tuhan izinkan aku jadi pelacur itu ‘suara hati Nidah Kirani’, tapi bagi pemerhati tampaklah bahwa tulisan pada buku ini kebanyakan adalah hasil ‘improvisasi’ dari Muhidin sendiri. Saya benar-benar prihatin kepada Muhidin M Dahlan mengapa sampai begitu tega dan beraninya ia secara bengis, kejam, dan tanpa rasa takut mencerca dan menghina Allah, Islam yang merupakan agamanya sendiri.

Kalau Mbak Nidah Kirani sih mungkin karena akumulasi kekecewaannya sehingga bisa jadi seperti saat ini. Saya heran kenapa Muhidin bisa jadi begini padahal melihat biodatanya ia pernah aktif di PII, PMII, HMI MPO, dan katanya pernah pula kuliah di IAIN Sunan Kalijaga mestinya justru bisa membela Allah, Islam apabila dihina. Tapi ia tidak dan justru mati-matian menghujat.

Keheranan kedua sebelum Muhidin menulis buku ini yang tidak ada ubahnya cerita-cerita stensilan porno, ia justru banyak menulis buku-buku yang kental nuansa ke-Islaman-nya. Bisa disebut di antaranya:
1. Jalan Menuju Hikah (2001)
2. Spiritualitas Sosial Sholat Malam (naskah hilang di salah satu penerbit)
3. Renungan Cinta Robi’ah al-Adawiyah (2003), dll.

Kenapa kemudian ia berubah?

Analisa saya kemungkinan karena Muhidin sekarang lebih suka membaca buku-buku karangan Pramoedya Ananta Toer (seorang tokoh komunis PKI di Indonesia). Kemudian Anand Krishna seorang yang beraliran amburadul. Coba saja baca bukunya Surat Al-Fatihah bagi Orang Modern yang penuh hujatan terhadap hukum Islam seperti rajam dan sebaliknya membela pelacur habis-habisan serta menyalahkan Tuhan serta hukum yang disyariatkan-Nya. Ya Allah ya Robb tunjukanlah Muhidin dan saudariku Nidah Kirani mudah-mudahan mereka berbuat begitu karena ketidaktahuan mereka.

Dialog kesatu:
Memerkarakan judul “Tuhan izinkan aku menjadi pelacur”

Dari judul ini tampaklah beberapa masalah besar dan mendasar, yaah memang bagi orang umum sulit mengungkap ‘apa di balik judul’, tetapi tidak bagi orang yang cinta akan Allah, Rosul, Islam, dan rajin mengkaji Al-Qur’an.

Dari judul tersebut ada beberapa kesimpulan yang dapat kita tarik. Pertama, judul dan materi isi jelas-jelas tidak ada sumber rujukan yang judul baik Al-Qur’an, As-Sunnah, ataupun perkataan ulama-ulama yang soleh. Yang ada justru sebaliknya justru menghujat Allah, Islam, dan syari’atnya. Kalaulah Tuhan mengizinkan seseorang menjadi pelacur kemungkinan besar dilain kesempatan ada orang yang protes dan menulis judul:
Tuhan izinkan aku jadi perampok
Tuhan izinkan aku jadi pemabuk
Tuhan izinkan aku main judi
Tuhan izinkan aku main togel
Tuhan izinkan aku tidak sholat
Tuhan izinkan aku korupsi di bank
Tuhan izinkan aku murtad

Yah bagi orang yang berakal, beriman pastilah hal-hal semacam itu tidak akan terlintas di pikiran dan hatinya. Yang ada justru melarangnya secara jelas. Walaataqrobuzzina. Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina. Mendekati aja ga boleh apalagi jadi pelacur sedangkan di Hadits puluhan larangan tentang berzina, apa tidak pernah dihayati oleh saudariku Nidah Kirani? Dan juga mas Muhidin?

Bukankah ketika seseorang itu berzina tidakkah orang yang berzina itu menanggalkan imannya, kalaulah zina atau bahasa lainnya pelacuran dilegalkan maka akan tampaklah kerusakan di muka bumi ini. Pelacuran yang jelas-jelas dilarang Allah saja, sampai saat ini masih banyak kita jumpai di lokalisasi dan berkeliaran di jalanan, apalagi nantinya pemerintah melegalkan pelacuran terang-terangan berserta pernik-pernik yang tak dapat dilepaskan darinya seperti perjudian bebas, minum-minuman keras, aborsi, rusaknya ikatan pernikahan yang sakral, merajalelanya perselingkuhan, dll, maka akan dapat dipastikan kemaksiatan dan kemungkaran menjadi semakin besar.

Sesungguhnya telah jelas apabila Allah melarang sesuatu pasti ada manfaatnya, sebagai orang waras dan normal tidak ada yang mengatakan rela ibunya jadi pelacur atau anaknya yang perempuan jadi pelacur atau ayahnya melacur atau suaminya melacur kecuali orang tidak waras, aliran pemuja freesex dan juga ORGIL

Dialog kedua:
Tentang kearifan memandang pelacuran dan kemaksiatan

Menurut paradigma Muhidin dan Nidah Kirani orang yang memandang pelacuran adalah salah, merupakan orang yang tidak arif, lalu dia memberi contoh dz nun, padahal contohnya itu tidaklah membenarkan pelacuran. Kalau mau jujur dan mau membuka mata hatinya sedikit saja niscaya Muhidin akan tahu bahwa orang yang tidak arif itu adalah orang yang mengatakan keburukan adalah kebaikan, begitu pula sebaliknya atau mengatakan kemaksiatan adalah ketaqwaan dan ketaatan adalah kemungkaran.

Semestinya kalau Muhidin dan Nidah Kirani rajin mengaji dan mengkaji Al-Qur’an niscaya akan tahu kearifan itu letaknya adalah bagaimana cara terbaik dalam menghapuus kemungkaran itu atau bahasa Islam-nya fiqh dakwah bukan pada jenis kemungkaran yang sudah jelas-jelas kemungkaran....

Dialog ketiga:
Sebab-sebab dan motivasi menjadi pelacur

Ada beberapa sebab orang melacur:
Sebab I. Yaitu: kecewa dan balas dendam. Hal inilah yang tampaknya dilakukan oleh Nidah Kirani karena sering kecewa dia akhirnya ‘terobsesi’ bagaimana supaya banyak lelaki yang bertekuk lutut di kakinya, karena selama ini sering bertekuk lutut pada lelaki.

Sebab II. Yaitu: terpaksa, hal ini bisa terjadi karena ada beberapa alasan. Alasan yang sering kita dengar adalah sudah tidak punya siapa-siapa lagi, sudah terlanjur ditipu orang, untuk membayar hutang, dll.

Sebab III. Yaitu: tidak punya keterampilan dan keahlian. Hal ini sering kita dengar bahwa dia melacur karena tidak punya keahlian dan keterampilan kecuali keterampilan dan keahlian merayu laki-laki.

Sebab IV. Yaitu: alasan materi, tidak diragukan lagi bahwa melacur adalah sebuah bisnis yang ‘basah’ dan ‘mudah’....

Sebab V. Yaitu: karena having fun, gairah yang tinggi, ada beberapa orang perek atau pelacur yang berbuat begitu hanya karena having fun, free sex, mencari kepuasan jadi bukan alasan materi semata kalau ia tidak suka sama laki-laki yang datang dia lebih memilih tidak meski si laki-laki tersebut uangnya banyak.

Dialog keempat:
Semua lelaki adalah bangsat juga semua aturan yang dibuat dengan membawa-bawa Tuhan dan agama, nantikan kutukanku, lelaki (halaman 15)

Yah itulah perkataan mbak Nidah dan yang membuat kita bertanya-tanya, sadarkah si mbak ketika berkata demikian? Bukankah ayah mbak juga laki-laki? Terus andaikan punya keponakan laki-laki, kakak, atau adik laki-laki masihkah mbak Nidah mempertahankan hujatan kebenciannya kepada semua laki-laki? Oh andai engkau tahu sosok Nabi Muhammad SAW? Ya beliau adalah laki-laki juga. Laki-laki mulia yang menyantuni orang-orang miskin, janda-janda yang ditinggal syahid oleh sang suaminya, tahukah siapakah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan para sahabat yang lain-lainnya. Yah mereka semua memang laki-laki yang sholeh (rijalul sholih) yang sebagian besarnya sudah dijamin masuk surga oleh Allah SWT. Dan seorang Nidah Kirani pun atas izin Allah bisa lahir ke dunia ini karena bercampurnya sel-sel sperma seorang laki-laki yang kemudian bertemu dengan sel telur seorang wanita yang notabene ayah ibunya sendiri. Apakah dengan begitu mbak Nidah ingin mengatakan ayah mbak Nidah yang sudah susah-payah membina, mendidik, dan membiayainya sebagai laki-laki bangsat? Nauzubillahimindzalik.

Yang terakhir dengan adanya statemen bahwa semua lelaki itu bangsat maka secara otomatis pula perkataan mbak Nidah ini seharusnya juga menohok secara telak Muhidin itu sendiri karena dia juga seorang laki-laki? Yah seorang lelekai tetapi rela para lelaki dihujat tanpa ada pembelaan sedikit pun, lalu di manakah kelelakianmu wahai Muhidin? Pastinya Allah menciptakan di dunia ini senantiasa berpasang-pasangan.

Dan sebagai penutup mudah-mudahan mbak Nidah dan mas Muhidin yang telah berkolaborasi dengan ‘apik’ sehingga mengatakan semua lelaki itu bangsat cepat-cepat merenung bahwa sesungguhnya dengan perkataan tersebut benar-benar telah menghina para nabi yang notabene laki-laki, para guru, para ulama, dan juga para wanita yang memiliki suami baik-baik, mertua, dan orang tua yang baik-baik, anak-anak yang baik dan lucu juga saudara laki-lakinya yang penuh pengertian, wahai para wanita yang baik-baik relakah apabila suami, ayah, anak, saudara, mertua anda dikatakan sebagai lelaki bangsat, padahal menurut anda lelaki yang terbaik? Lalu apa jadinya di dunia ini jikalau hujatan dibalas hujatan? Pasti akan kacau kalau misalnya ada seorang lelaki yang jiwa dan pikirannya seperti mbak Nidah yang kemudian dikecewakan wanita, lalu kemudian berkata semua wanita adalah bangsat? Kira-kira bisa dibayangkan ngga yach reaksi dari aliran feminisme, aliran emansipasi, kesetaraan gender, dll?

Pastinya mungkin lelaki itu akan dihujat habis-habisan tidak menghargai wanita, tidak mempunyai jiwa emansipasi, menginjak-injak gender dan perkataan lain yang intinya tidak terima semua wanita dianggap bangsat (makanya sebagai sesama wanita ingatin tuh si mbak yang emosinya terlalu over dosis). Semoga itu semua tidak terjadi.

Dialog kelima:
Dengan berat hati kukatakan aku tak punya alasan untuk mengabdi padaMu/ aku tidak punya alasan untuk sebuah penyerahan absurd

Astaghfirullahaladzim, sadarkah mbak Nidah ketika berkata seperti ini? Ketahuilah sesungguhnya kemuliaan Allah tidak akan berkurang sedikit pun andaipun Nidah Kirani, Muhidin dan seluruh makhluk di muka bumi ini ‘mogok masal untuk mengabdi padaNya’ dan sebaliknya kemuliaan Allah tidaklah bertambah andai seluruh bumi ini taat pada-Nya. Makhluklah yang berhajat pada Allah, bukan malah sebaliknya Allah yang berhajat pada makhluk. Seharusnya mbak Nidah bersyukur pada Allah sudah diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk yaitu insan manusia, dikaruniai wajah cantik, tubuh yang proporsional, tapi mengapa kasih Allah yang begitu banyak tega dikhianati hanya gara-gara akumulasi kekecewaan pada manusia yang lainnya? Seyogianya sebagai manusia yang arif setiap hari senantiasa menggunakan ketaatan kita pada Allah SWT. Lihatlah Rasul yang mulia meskipun terjaga dari dosa dan dosa-dosanya sudah pasti diampuni dan dijamin masuk surga oleh Allah tetapi beliau tidak kurang 70 kali selalu beristighfar. Teladanilah jejak Rasul mulia ini, masih untung kita masih diberi kesempatan bertaubat dan dulu tidak diciptakan menjadi tikus misalnya, yang setiap hari selalu berpikir makanan mana yang akan diambil dan yang dicurinya, belum lagi matanya yang senantiasa tidak tenang dari buruan kucing, belum lagi nasibnya yang selalu diambang maut terus dengan incaran ular, petani, perangkap tikus (semprotan tikus), racun tikus, suara ultrasonic pengusir tikus, dll. Sudahkah kita mengambil pelajaran dari penciptaan makhluk-makhluk Allah yang lain yang ulil albab?

Dialog keenam:
Tuhan izinkanlah aku menjadi pelacur

Biarlah aku hidup dalam gelimang api dosa... sebab terkadang melalui dosa yang dihikmati,seorang manusia bisa belajar dewasa (Nidah Kirani, hal 23)

Ya Allah, baru kali ini aku membaca tulisan yang penuh keberanian dalam menantangMU. Benarkah dengan dosa seorang manusia bisa belajar lebih dewasa? Jawabannya ya... kalau memang dengan dosa-dosa yang pernah dilakukannya manusia bisa menjadi insaf introspeksi diri lalu bertaubat dengan taubatan nasuha lalu bersegera kepada ampunan Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Dia betul-betul menyesali dosa-dosanya dan berusaha mensucikan dirinya (tazkiyatunnafs) dan jawaban tidak mungkin, apabila dengan dosa-dosa tersebut manusia berniat melanggar dan menentang aturan Allah atau bahkan justru menikmati dalam kubangan dosa. Kalau sudah begini dengan dosa manusia tidak lagi bisa belajar dewasa, tetapi belajar menjadi penentang Allah dan agamanya yang notabene tidak ada satu pun agama yang menyuruh supaya manusia selalu bebruat dosa untuk menjadi dewasa. Yang ada justru adalah sebaliknya dengan dosa manusia menjadi binasa. Lihatlah contoh kaum Nabi Luth kaum homo sex yang bersodomi ria yang diluluhlantakkan dengan azab dunia yang dahsyat belum lagi adzab di kubur dan akhirat....

Para pendosa akan mendapat siksaan yang pedih dan perih selamanya kalau dia tidak bertobat atau malah menentang Allah. Saudaraku, dengan dosa dan maksiat akan mengakibatkan iman kita turun, tergerus, bahkan melayang dan sebaliknya dengan ketaatan dan amal sholeh iman kita bisa naik dan terjaga sebab nilai iman adalah tinggi maka harus kita jaga dengan baik. Maka bagi orang yang paham akan iman yang benar niscaya ia akan mati-matian menjaganya dan tidak akan meninggalkannya meskipun ditukar dengan emas sepenuh langit dan bumi....

Dialog ketujuh:
Beriman berarti menyerah dan menyerah berarti tidak mampu (Nidah Kirani, hal 227)

Wahai manusia yang sadar akan dirinya apakah salah kalau kita menyerah, tunduk dan patuh pada yang Maha Kuasa?... Sebab itulah wujud keimanan kita kepada Allah. Bukankah bagi manusia yang sadar ia pasti berkata bahwa manusia itu sesungguhnya lemah dan tidak mampu? Bukankah mbak Nidah sendiri selalu membutuhkan manusia yang lain? Bukankah mbak Nidah setiap hari selalu butuh uang? ... Bukankah ketika mbak Nidah koma yang menolong juga teman-temannya dan juga dokter-dokter di RSU PKU? Bukankah itu tandanya ngga’ mampu? Lalu siapakah yang memberi nyawa mbak Nidah, teman-teman kosnya, dokter atas izin Allah SWT bisa menyembuhkan mbak Nidah dari koma? Bukankah itu semua kehendak Allah. Kalau memang mbak Nidah merasa mampu coba buktikan kepada kami buatlah matahari yang biasanya terbit dari timur diubah dari barat? Bukankah mbak Nidah sendiri tidak mampu mengundurkan ‘ajal’ ayah mbak Nidah sendiri ketika nyawa beliau satu-satunya diminta kembali oleh yang punya yaitu Allah SWT? Tapi mengapa manusia selalu sombong dan takabur dan juga congkak? Lihatlah ketika nanti anda tua, kulitnya penuh keriput (itupun kalau sempat tua) masihkah ada yang dapat anda banggakan? Atau masihkah anda mampu untuk menjadikan diri anda tidak tua? Jawablah kalau anda memang merasa mampu.

Dialog kedelapan:
Nidah Kirani dan sufistik

Sungguh amat disayangkan mbak Nidah ketika akan terjun di dunia sufistik, tidak didahului pemahaman dan ilmu. Bukankah bagi orang yang tidak paham, di dunia sufisme banyak terdapat hal-hal kurang benar tapi diatasnamakan sufisme semisal: sholat itu tidak perlu lagi yang penting eling (ingat) atau kalau orang sudah ma’rifat (mengenal Tuhan) tidak perlu lagi syari’at, sholat, zakat, puasa, dll.

Coba andai anda tahu Rasulullah yang sudah dijamin masuk surga oleh Allah saja dan jelas-jelas udah ma’rifat (mengenal Allah dengan baik) itu saja masih sholat hingga kakinya bengkak, berpuasa, dll. Lalu siapa yang dicontoh sufi-sufi itu? ....

Dialog kesembilan:
Nidah dan gerakan Islam

Dalam hal ini terpaksa saya katakan bahwa mbak Nidah pengetahuannya tentang gerakan Islam amatlah minim, terbukti sampai beberapa lama dia tidak bisa membedakan mana gerakan Islam yang benar, mana yang tidak benar. Sebenarnya kalau sejak awal dia tahu dogma gerakan itu menghalalkan menipu, merampok, menganggap halal harta orang lain di luar kelompoknya, bahkan dianggap kafir, maka saya katakan cepatlah lari jauh-jauh dari kelompok itu. Itu jelas sudah enggak benar dari sisi manapun apalagi Qur’an dan Sunnah. Sebab tidak ada perjuangan suci menegakkan syari’ah tetapi di sisi lain dikotori dengan cara-cara nista, keji, dan kotor. Apakah kita berniat membersihkan air kencing dengan air kencing? Kalau memang cara-cara tersebut menjadi andalan dalam mewujudkan syari’at Islam yang suci maka dapat dikatakan mereka bukanlah gerakan Islam tetapi justru gerakan yang menghancurkan dari dalam.

Buat para wanita saya ingatkan kalau memang anda ingin aktif di gerakan Islam carilah gerakan Islam yang ingin menerapkan Islam ini secara kaffah, cari-carilah setiap hari apa yang dibicarakan dalam gerakan itu, keseluruhan Islam ataukah salah satu bagian Islam saja, misalnya hari-harinya yang dibicarakan politik saja dan melupakanyang lain seperti: aqidah, syari’ah, akhlak, penyucian jiwa, dll. Atau mengurus ekonomi saja melupakan aqidah. Pendek kata, carilah gerakan Islam yang syamilah (menyeluruh), bukan juz’iyyah (parsial). Carilah ajaran Islam yang mengurusi baiknya qolbiyah (hati), fikriyyah (pemikiran), dan jasadiah (tubuh kita)....

Dialog kesepuluh:
Tentang topeng kemunafikan

Selama ini di masyarakat kita terdapat kesalahn yang cukup fatal dan mendasar. Hal itu adalah salah paham tentang kalimat munafik! Ketika ada orang baik-baik yang dipaksa berbuat buruk, misalnya: minum2an keras atau berjudi serta merta ketika dia menolak, langsung dicap munafik kamu! Padahal dia bukan munafik, dia orang baik. Justru sebaliknya yang menuduh itulah bukan orang yang baik.

Dialog kesebelas:
Nikah adalah solusi terbaik

Saya tidak habis pikir kok bisa-bisanya dan tega-teganya Muhidin M Dahlan ‘menulis secara baik’ wacana yang menghujat habis lembaga sakral pernikahan. Yang aneh Muhidin sendiri kan juga nikah dengan keluarga kecilnya yang bahagia lalu kenapa ia justru menghujat pernikahan? Mestinya kan ia justru bisa mengcounter balik uneg-uneg Nidah Kirani, misalnya dengan kalimat: ‘Itu ga benar Nidah, buktinya aku sendiri menikah dan saat ini sangat bahagia dengan keluarga kecilku. Lembaga pernikahan adalah sebuah lembaga yang diisi orang-orang yang bertanggung jawab. Orang yang tak berani menikah apalagi hobi pacaran saja adalah cermin orang-orang yang tidak mau bertanggung jawab dan takut bertanggung jawab. Mereka inginnya kepuasan syahwat yang sifatnya gratisan (tanpa ikatan), ya itulah tipe pecundang. Apakah Nidah dan Muhidin ingin membubarkan konsep nikah ini? Padahal Nidah dan Muhidin sendiri itu terlahir dari pernikahan kedua orangtuanya? Tidakkah kita berpikir?”

Dialog keduabelas:
Ya Allah tunjukilah aku kejalan yang lurus

Ya Allah ya Rabb, tunjukilah aku selalu jalan yang lurus. Sebagaimana do’a-do’a yang aku lantunkan tiap hari dalam sholat-sholatku yang tidak kurang 17 kali aku lantunkan setiap hari, ihdinashshirotholmustaqiim (Al-Fatihah)

Wahai Nidah dan Muhidin rengkuhlah kasih Allah segera. Berlarilah menuju luasnya ampunanNya sebelum terlambat. Yakinlah bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang duhai jiwa yang pasti mati, sudahkah kita siapkan perbekalan kita untuk menghadapi hari akhir?....

“Oh, Tuhan, izinkan aku mencintai-Mu dengan cara yang telah Engkau tunjukan yaitu jalan yang lurus,jalan orang-orang yang Kau anugerahkan nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Kau murkai, bukan pula jalan orang-orang yang sesat....”

4 comments:

kuyazr said...

sudah-sudah sesama saudara jangan berkelahi.

"Ketahuilah sesungguhnya kemuliaan Allah tidak akan berkurang sedikit pun andaipun Nidah Kirani, Muhidin dan seluruh makhluk di muka bumi ini ‘mogok masal untuk mengabdi padaNya’ dan sebaliknya kemuliaan Allah tidaklah bertambah andai seluruh bumi ini taat pada-Nya."

Sudah jelas. Jadi biarkan segalanya berjalan. Apakah kiranya jika saudara "ekstrimis" Muh tidak mengarang, maka akan timbul dialog seperti ini?

Lagi pula saya tidak percaya bahwa Muh "sampai hati" untuk menghina tuhan. Pasti ada satu maksud tertentu, karena menurut saya karya ini adalah sebuah karya yang bertendens. Lagi pula tuhan tidak akan menciptakan sesuatu dengan percuma saja, bahkan ketika dia menciptakan Muh ini. Apakah Anda merasa lebih baik dari Muh? sebagai mahluk ciptaannya?

Maaf saya mencoba duduk ditengah dan mencoba menjadi dewasa.

Anonymous said...

Hahaha memang sombongnya Nidah kirani dan Muhdahlan aja yang menggambarkan cewek dodol yang sakit hati dengan mengkampanyekan permusuhan kepada kaum lelaki.

Didunia ini sistem karma memang berlaku. Jikalau Nidah membenci menipu dan mencaci maki semua orang lelaki dan Tuhanya?

Apakahh sebaliknya semua kaum adam dan Tuhan tidak bisa melakukan pembalasanya? Kapan pembalasanya? Ya silakan dinantikan saja!

Oh iya, Nidah mengatakan kalau semua laki2 pasti akan takluk oleh tubuh Nidah, kapanpun Nidah kirani mau! kalau begitu apakah laki2 Homo yg membenci wanita akan mau digoda dan dirayu oleh Nidah? Cobalah merayunya, itu saja tidak lebih dari perbuatan sia2!!

lathiyfah said...

Klo semua laki2 bangs*t, berrti yang nulis buku juga bangs*t dong!

Anonymous said...

saya sempat membaca buku ini walau pada akhirnya buku saya disita guru agama saya. saya berkali-kali membaca buku ini tetapi sampai saat ini saya belum menemukan maksud sang penulis apalagi dengan ending yang menurut saya ga jelas.

saya hanya ingin mengingatkan kawan2 buku ini adalah hanyalah sebuah karya seseorang yang mempunyai makna dari sang penulis jadi hargailah karyanya kita boleh mengkritik tetapi tidak menghujat sang penulis.