Bukuku Takdirku. Sejak kalimat pembuk, novel ini menjanjikan
untuk dibaca cepat dan menjadi teman duduk yang asyik.
"Pada musim semi 1998, Bluma Lennon membeli satu eksemplar buku puisi Emily Dikinson, Poems, di sebuah toko buku di Soho, dan saat menyusuri puisi kedua di tikungan jalan pertama, ia ditabrak mobil dan meninggal." (hlm. 1)
Masalah pun langsung dijeratkan kepada
pembaca, seperti dua ruas belokan: Bu Dosen Bluma meninggal karena ditabrak
mobil atau Bu Dosen Bluma tewas karena buku puisi.
Ini "memoar" menggugah tentang
buku dan pemanggul-pemanggulnya yang setia. Tentang mereka yang takdirnya
tumbuh dan tumpas bersama buku. Tentang cinta dan ketaklukkan pada pesona yang
diuarkan buku. Dan juga soal kutukan buku yang tanpa kabar mengantarkan pembaca
ke sebuah dunia bibliografi dengan ketakjuban yang tak putus-putus.
Carlos Maria Dominguez (CMD) lewat novelet
ini berambisi meletakkan buku sebagai nubuat hidup-mati dan kegilaan yang aneh
ketimbang sekadar dunia niaga dalam pelbagai pasar raya buku. Terutama dalam
sebuah masyarakat yang percaya magis lebih dari apa pun sebagaimana masyarakat
di seantero Amerika Latin dan negeri bekas jajahan lainnya di Asia dan Afrika.