::titus gopher
Hi there
Pertanyaan 'apa tujuan dari penulisan novel tersebut?'mungkin terdengar esensial, tapi itu hanya memperlihatkan mereka adalah pembaca yang malas, nggak punya intensitas... Orang terlalu mudah berbohong dan mengelak, bikin alasan, bikin alibi. Satu-satunya cara adalah denganmenganalisis teks itu, bikin tuduhan yang mengiris.Kuliti saja teksnya, bongkar.
Toh pembaca punya banyak apparatus untuk membongkar teks. Gunakan itu untuk mengiris-iris teks yang dibikin penulis. Ada banyak cara otoritatif untuk membongkar teks. Kalian sudahpada tahun kan menggunakannya.
Menganggap Muhiddin sama dengan Salman Rushdie? Hah. Gile aje. Jangan pernah lagi tebersit pikiran kotorkayak gitu. Karya Muhiddin ini terdengar sempat masuk nominasi KLA saja nggak ada kok. Itu tanda karya dia itu nggak ada harganya, nggak ada yang menggubris. Gue menduga Muhiddin ini adalah sejenis penulis putus asa yang berusaha terus mencuri perhatian dengan langkah dangkal, barangkali mirip Binhad Nurrohmat. Pernah nggak dengar berita gimana marahnya banyak penulis Jakarta yang merasa dikadalin sama Binhad karena ngaku-ngaku dia yang mengenalkan sastra Aceh?
Kalau penjualan buku Muhiddin ini cukup berhasil, ya mungkin itu setimpal dengan taruhan yang dia ambil.BTW, mari kita bertaruh, apa kira-kira oplagnya sudah bisa lepas dari kutukan Richard Oh? Paling-paling buku dicetak 1000 eksemplar, untuk kemudian dikulak didisrtibutor di Senen dan Sopping Jogja.
Banyak kok penulis yang bertaruh dengan keyakinannya,berani menantang agama atau otoritas negara, beranimengambil risiko. Tapi mari kita lihat apa hasilnya dia akan jadi martir atau paria.
Setiap orang berhak menulis/bilang apa pun tentang keyakinannya; sebaliknya, orang juga boleh membela keyakinannya bila merasa dihina. Perang itu soal biasa kok di dunia ini. Jangankan soal agama dan Tuhan, orang bisa kok bunuh-bunuhan gara-gara duit duit cepek atau rebutan minyak tanah. Klaim kebenaran memang mahal harganya.
Kalau Muhiddin berani berimajinasi Adam keluar lewat ketek; Darwin juga yakin manusia itu keturunan monyet kok. Nietzsche malah berani bilang: 'Tuhan sudah mati.' Apa yang aneh dengan imajinasi? PLS deh jangan terlalu sempit dengan keberanian manusia meyakini sesuatu yang abstrak. Coba perhatikan bagaimana klan Kurawa itu lahir... Ada kok mitos manusia itu lahir dari mani kerbau.
Kalau orang beragama yakin dengan konsep penciptaan manusia yang mulia, silahkan itu dihadapi Muhiddin sendiri beserta kawan-kawannya. Cobalah gentle seperti Jassin membela Ki Pandjikusmin. Jassin dipenjara nggak membuat reputasinya hancur kan? Coba berargumen lebih jernih dengan imajinasi itu. Memang repot kalau imajinasi itu ditulis dan kemudian ditawarkan pada banyak orang lain, dijual-jual di toko buku dengan harapan dikritik orang dengan baik. Penerimaan orang kan beda-beda. Jangan cengeng kalau diadukan orang lain atau dituduh menghina. Orang baik-baik saja banyak yang dituduh sesat kok; apalagi ini seorang penulis profan.
Kalau mau sedikit serius, anggap saja buku itu keluar dari ketek atau kayak upil dari lubang hidung Muhiddin. Itu kan 'borok' pikiran dan keberanian Muhiddin dan keputusan penerbit mau mengeluarkannya. Kalau dia dan penerbit menganggap itu sakral, ya buat saja penjelasannya. Kalau itu dianggap pelecehan, siapkan saja argumen dan apparatusnya. Kayk sperma aja... Mau disimpan silakan, mau disemprotkan silakan, mau dikembangbiakkan silakan.
Regards...
sumber: Komunitas Pasar Buku Nov 17, 2005 12:47 am
****
::budi handrianto
Bagi saya, Muhiddin cuma cari sensasi. Kata peribahasa Arab, khalif tu'raf.Kalau mau semua orang juga bisa, tidak perlu berlindung atas nama sastra.Menyesal saya kirim sms ke majelis mujahidin, hanya membuat sensasinyaorgasme.
sumber: Komunitas Pasar Buku Thu Nov 17, 2005 1:55 am
****
::bagja
bung budi,
sudah banyak bukti, melarang buku adalah sebuah upaya yang sia-sia. tapi, banyak orang yang terus dan terus melakukannya--dengan baragam alasan: moral, iman, dlsb. manusia tak pernah mau belajar dari keledai? :))
salam hangat,
sumber: Komunitas Pasar Buku Thu Nov 17, 2005 3:07 am
No comments:
Post a Comment