Skripsi Hasti Dewi (Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni - Universitas Negeri Yogyakarta)
Skripsi ini pertama kali didiskusikan dalam forum Obrolan Senja untuk kemudian diujikan di depan Dewan Penguji Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Yogyakarta. Diskusi dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juni 2012, pukul 15.30 – 18.00 di Angkringan Buku, Yayasan Indonesia Buku, Jl. Patehan Wetan No.3 Alun-alun Selatan, Keraton, Yogyakarta.Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting dari laki-laki, sehinga perempuan menjadi termarginalkan bila dilihat dari berbagai macam aspek. Tidak dapat dipungkiri perempuan memang telah diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, dapat bekerja di luar rumah, bahkan dalam sistem sosial sudah berperan aktif, tetapi keyataannya perempuan masih dianggap lebih rendah dari laki-laki (Ratna, 2007:224).
Budaya patriarki yang masih berlaku dalam tatanan hidup bermasyarakat mengakibatkan posisi perempuan maupun laki-laki tidak merdeka. Masyarakat patriarki memiliki ketentuan yang ketat untuk bagaimana hidup menjadi perempuan dan menjadi laki-laki. Perempuan harus bersikap lemah lembut, cantik, emosional, keibuan, dan sifat-sifat feminin lainnya, sedangkan laki-laki itu berarti kuat, jantan, perkasa, dan rasional. Batasan tentang hal yang pantas dan tidak pantas dilakukan oleh perempuan dan laki-laki sangat jelas dibuat oleh masyarakat (Yuarsi, 2006:244).
Masyarakat patriarki malah menganggap perbedaan gender ini sebagai kodrat dari Tuhan yang tidak bisa dipertukarkan. Fakih (2008:12) menjelaskan bahwa hal tersebut telah melahirkan ketidakadilan gender. Tidak hanya perempuan, laki-laki pun ikut menjadi korban atas ketidakadilan tersebut. Hal ini karena setiap jenis kelamin dituntut untuk memiliki sifat yang telah ditentukan oleh masyarakat, bukan pada dirinya sendiri.
Salah satu akibat ketidakadilan gender adalah marginalisasi, terutama terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan merupakan mahkluk lemah, lembut, halus, sensitif, dan sifat feminin lainnya membuatnya tidak memiliki kesempatan sama dengan laki-laki. Hak-haknya untuk diperlakukan sama dengan laki-laki dipinggirkan, bahkan diabaikan. Perempuan dianggap warga kelas dua (Abdullah, 2006:3).
Hal-hal semacam itulah yang menjadi perhatian para feminis di dunia. Berbagai cara dilakukan untuk memerangi ketidakadilan gender ini. Salah satu caranya melalui karya sastra. Karya sastra merupakan tiruan dari kenyataan. Salah satu fungsi karya sastra adalah mencoba menangkap hal-hal yang terjadi dalam masyarakat. Karya sastra dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan pesan dan menggambarkan keadaan sekitar (Budiantara, dkk, 2002:19-20). Kemampuan tersebut menempatkan karya sastra sebagai sarana kritik sosial.
Novel Adam Hawa karya Muhidin M. Dahlan mencoba menghadirkan tokoh perempuan yang memiliki karakter yang berbeda dalam menghadapi masalahnya dengan laki-laki. Dahlan mengkisahkan tentang laki-laki yang membuat hukum bahwa perempuan di Taman Eden tidak boleh keluar dari rumah, karena tugas mencari makanan merupakan tugas laki-laki (Adam). Akibatnya kesempatan perempuan pada zaman tersebut untuk hanya dapat menikmati dunia luar saja tidak ada. Selain itu, Dahlan juga menampilkan bagaimana Adam mendidik anak laki-lakinya dengan keras, namun tidak demikian perlakuannya pada anak perempuan. Hal tersebut dilakukan karena anggapan Adam bahwa laki-laki harus lebih kuat dari perempuan. Adam juga membuat cerita bahwa perempuan terbuat dari tulang rusuk laki-laki, maka untuk timbal baliknya perempuan harus menuruti semua keinginan laki-laki termasuk untuk tidak mengenal dunia luar.
Novel Adam Hawa ditulis pada tahun 2005 dimaksudkan sebagai seri terakhir dari triloginya. Novel sebelumnya Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur dan Kabar Buruk dari Langit. Dahlan juga menjelaskan pada seri pertamanya, novel Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur, dia bermaksud menggugat Tuhan melalui tokoh perempuan yang sangat religius yang kemudian berubah menjadi pelacur. Setelah itu untuk buku edisi keduanya Dahlan membuat Kabar Buruk dari Langit yang menampilkan tokoh yang sedang mencari Tuhan. Pada seri terakhirnya, Adam Hawa Dahlan memberikan kritik tentang budaya patriarki yang sedang hangat dibicarakan pada tahun tersebut (2005). Saat novel ini diterbitkan, Dahlan mengaku pada tahun tersebut isu tentang perempuan banyak dimuat di beberapa jurnal terutama jurnal yang membahas tentang perempuan, Jurnal Perempuan dan beberapa surat kabar, misalnya Media Indonesia, Kompas, dan Republika. Dahlan merupakan pengarang yang peka terhadap kritik-kritik sosial dalam masyarakat. Karya-karyanya selalu menyuarakan isu yang sedang berkembang saat itu. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa tulisannya yang dimuat di surat kabar yang berjudul Cantik Itu Dilukai (Media Indonesia, minggu 16 Maret 2003), Pram, Srikandi, dan Seks (Media Indonesia, 3 Agustus 2003), dan sebagainya.
Novel Adam Hawa dipilih sebagai materi penelitian karena dua alasan. Pertama novel ini terindikasi menampilkan tokoh perempuan yang termarginalkan. Tokoh perempuan dalam novel Adam dan Hawa ini mengalami ketidakadilan hanya karena jenis kelamin mereka perempuan. Alasan kedua, selain karena novel ini belum pernah diteliti, juga karena menghadirkan tokoh-tokoh perempuan yang membawa sifat dan sikap yang berbeda dalam mengahadapi ketidakadilan gender berupa marginalisasi. Penelitian ini menggunakan kajian sastra feminis ideologis sebagai pisau analisisnya. Hal ini dikarenakan feminis ideologis memfokuskan kajiannya pada citra, stereotip perempuan dalam karya sastra serta perjuangan perempuan terhadap keberadaannya.
Rumusan masalah yang akan dicari dalam penelitian adalah 1) Bagaimana wujud marginalisasi tokoh perempuan dalam novel Adam dan Hawa karya Muhidin M. Dahlan? 2) Apa penyebab marginalisasi pada tokoh perempuan dalam novel Adam dan Hawa karya Muhidin M. Dahlan? 3) Perjuangan apa yang dilakukan oleh tokoh perempuan dalam memerangi marginalisasi dalam novel Adam dan Hawa karya Muhidin M. Dahlan?
Dari rumusan masalah di atas, penelitian menemukan bahwa bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut meliputi pembatasan daya produktif perempuan, kontrol atas reproduksi perempuan, kontrol atas seksualitas perempuan, membatasi gerak-gerik perempuan dan sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh laki-laki. Tokoh perempuan yang dimarginalkan adalah Maia, Hawa, Marfu’ah, dan Maemunah. Maia dimarginalkan oleh Adam dalam seksualitas dan gerak-geriknya yang dibatasi. Hawa mengalami kelima bentuk marginalisasi di atas, sedangkan Marfu’ah dimarginalkan oleh ibunya sendiri (Maia) pada seksualitas dan gerak-geriknya. Maemunah mendapatkan kontrol atas gerak-gerik yang dilakukan oleh ayah (Adam) dan ibunya (Hawa).
Penyebab marginalisasi dalam novel Adam Hawa karya Muhidin M. Dahlan ditemukan tiga sebab, yakni budaya, tafsir agama yang tidak memakai pemahaman gender, dan usia. Budaya merupakan faktor penyebab terjadinya marginalisasi paling dominan dalam novel tersebut. Marginalisasi yang disebabkan oleh budaya meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan sistem patriarki, adanya ideologi familialisme, serta pelabelan sifat pada perempuan. Untuk tafsir agama sendiri lebih pada penggunaan nama Tuhan sebagai alat untuk berkuasa. Hal tersebut dipakai oleh tokoh Adam untuk menguasai seluruh manusia yang hidup di alam semesta. Sedangkan usia dikarenakan faktor pengalaman yang lebih banyak.
Perjuangan yang dilakukan tokoh perempuan dalam novel Adam Hawa karya Muhidin M. Dahlan ditemukan 3 langkah strategis. Hal tersebut meliputi protes yang dilakukan tokoh perempuan Maia dan Maemunah. Kedua tokoh ini melakukan aksi protes dengan dua cara yakni, tindakan dan omongan. Perjuangan selanjutnyadilakukan dengan cara memilih untuk hidup sendiri. Hal ini dilakukan oleh Maia, dia memilih hidup sendiri di dunia luar karena tidak sepakat dengan keputusan yang diambil Adam untuk menentukan jalan hidupnya. Yang terakhir adalah mencari pasangan lain. mencarai pasangan hidup lain ini dilakukan untuk mendapatkan laki-laki yang memiliki rasa saling menghormati dan menghargai dalam hubungannya.
Jejak "Ketersesatan Novel ADAM HAWA" dan pada 2005 dilaporkan ke Polda Metro Jaya
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Batasan Istilah
BAB II KAJIAN TEORI
A. Marginalisasi Perempuan
1. Bentuk Marginalisasi Perempuan
2. Penyebab Marginalisasi Perempuan
3. Perjuangan Perempuan dalam Menghadapi Marginalisasi
B. Gerakan Feminis dan Kritik Sastra Feminis
1. Gerakan Feminis
2. Kritik Sastra Feminis
3. Macam-Macam Kritik Sastra Feminis
4. Mitos Penciptaan Perempuan
C. Tokoh dan Perwatakan dalam Fiksi
D. Penelitian yang Relevan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Wujud Data
C. Sumber Data
D. Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Analisis Data
G. Keabsahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Bentuk Marginalisasi yang Dialami oleh Tokoh Perempuan dalam Novel Adam dan Hawa Karya Muhidin M. Dahlan
2. Penyebab Marginalisasi pada Tokoh Perempuan dalam Novel Adam dan Hawa Karya Muhidin M. Dahlan
3. Perjuangan Tokoh Perempuan dalam Novel Adam dan Hawa Karya Muhidin M. Dahlan dalam Memerangi Marginalisasi
B. Pembahasan
1. Bentuk Marginalisasi Tokoh Perempuan dalam Novel Adam dan Hawa Karya Muhidin M. Dahlan
2. Penyebab Marginalisasi Tokoh Perempuan dalam Novel Adam dan Hawa Karya Muhidin M. Dahlan
3. Perjuangan Tokoh Perempuan Melawan Marginalisasi dalam Novel Adam dan Hawa Karya Muhidin M. Dahlan
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment