KABAR dari gang kedua di Dusun Kembaran RT 2, Tamantirto, Kasihan, Bantul, subuh hari 18 Oktober itu buruk dan mengagetkan. Salah satu kepala tukang Dusun Kembaran meninggal dunia. Tak ada kabar bahwa lelaki paruh baya yang kerap dipanggil Pak Bandi itu mengidap penyakit yang mengantarnya ke alam baka.
Betapa tidak, ia masih menyelesaikan pekerjaan terakhirnya membuat atap rumah dan pengecatan terakhir di rumah tetangga persis di belakang rumah saya. Dua hari sebelum mangkatnya saya masih bercakap-cakap dengannya di atas atap sambil ia terus mengayunkan palu.
Selain mengerjakan atap rumah tetangga di belakang rumah saya, Pak Bandi mengerjakan salah satu rumah di Kadipiro. Siang di belakang rumah, malam di Kadipiro. Artinya, ia bekerja hampir 17 jam. Siang dan malam.
Dugaan inilah yang menjadi musabab kabar buruk itu datang subuh hari: Pak Bandi kelelahan. Ia rehat sejenak saat jelang magrib setelah seharian bekerja. Lalu melanjutkan pekerjaan yang sama di Kadipiro malam hari. Pulang mandi. Makan penganan yang disediakan untuknya di Kadipiro yang dibungkusnya pulang. Minum. Lalu tidur. Subuh sudah terbujur kaku dan dingin.
Kembaran pun gempar. Tukang paling berbakat itu seperti hilang tiba-tiba.