Saya belum membaca novel Jhumpa Lahiri yang
berjudul The Namesake. Udah diterjemahin penerbit Gramedia
dan juga udah diresensi di Kompas. Ini mungkin kecerobohan. Karena setelah
nonton film ini pasti deh saya akan malas sekali membaca bukunya. Soalnya,
ketika membaca buku setelah menonton filmnya, pembayangan nggak enak. Agak
mampet. Wajah dan karakter tokoh-tokoh yang ada di film menjadi sangat dominan jadinya
dalam pikiran. Pada akhirnya terbalik deh. Film itu kemudian yang
"mendikte".
Tapi tentang gaya bercerita dan tema yang
diusung Jhumpa Lahiri, saya sudah agak akrab. Saya pernah membaca karyanya yang
lain yang menang Booker Prize taon 2000. Kumpulan cerita, The
Interpreter of Maladies. Lahiri bukan pencerita yang gamblang sih
menurut saya. Dia bahkan bertele-tele. Jangan harap ada hal-hal mahadahsyat di
ceritanya. Tema yang digarapnya dengan suntuk ya soal sehari-hari. Benda-benda
sepele. Makanan. Kadang masalah sepatu gaya Eropa dan sandal habitus India.