Showing posts with label Library 2U. Show all posts
Showing posts with label Library 2U. Show all posts

20 February 2014

Bengkel Manusia, Bengkel Buku, Bengkel Digital

Manusia sakit memiliki bengkel. Namanya bengkel sakit. Keberadaan bengkel sakit--juga bengkel pemberantas bodoh pikiran--bagi sebuah kota adalah lampu sorot penanda bahwa kota itu modern atau tidak. Tiadanya dua bengkel itu mengabsahkan cap kota itu masih berada dalam wilayah administratif Majapahit atau Mataram.

Di bengkel sakit tubuh manusia direparasi. Di sana montir-montir beruniform putih-putih lalu-lalang berpindah-pindah ruang menemui tubuh-tubuh lunglai, sedih, dan rusak tunadaya. Dengan sederet rekam arsip sakit tubuh-tubuh dinomori untuk mendapatkan peruntukan kamar sesuai kemampuan brankas ekonomi yang disimpannya dalam kantung.

Tubuh-tubuh itu dijejal dalam satuan angka di hall menunggu angka di tangannya dipanggil untuk menentukan di kamar mana ia menyetorkan tubuhnya; berhadapan dengan montir-montir di seberang meja dengan senyum memikat dan suara yang empuk. Di meja itu pula bercarik-carik kertas ditulis untuk menentukan benda kimiawi apa yang memasuki lambung.

10 August 2013

Museum Pemusnah Dokumen, Percobaan Kedua

:: gus muh

Buku puisi yang ganjil. Judul yang ganjil. Penyairnya pun ganjil. Masa paling bersinarnya di sepertiga akhir abad atom, sampai di peralihan abad, dan penyair itu belum meredup juga.

Kau baca pengumuman diskusi buku dari penyair yang sepertinya tahu cara membentengi medan kesadarannya dari kepikunan itu di halaman facebook dengan disesaki tanda tanya.

Bukan. Bukan itu. Bukan itu yang menyesaki pikiranmu, tapi ujian kedua yang kauhadapi. 

Pemusnahan dokumen fisik yang diam-diam tapi intensif kaulakukan di rumah 3x3 metermu itu hanyalah jangkar memperbaja pedalamanmu bahwa yang kaulakukan ini adalah benar. Terkadang kaubayangkan kau seperti aparatur negara yang paranoid terhadap isi buku, lalu merampas paksa buku itu, dan kemudian memusnahkannya. 

Kau mengelak disamakan dengan algojo-algojo buku itu. Kau memusnahkan untuk sebuah keabadian yang lain. Terlalu banyak buku menumpuk jelas adalah penyakit. Ia mirip benda kimiawi yang kadaluwarsa di gudang tua yang dirembesi air hujan yang jika tak dimusnahkan akan menyebarkan penyakit tak tertanggungkan.

06 August 2013

Jadilah Manusia Digital Paripurna, Percobaan Pertama

Perpustakaan 2 ubin adalah perangkat yang memerangkapmu secara sadar bagaimana menyikapi benda-benda literasi di sekitar yang dialihbentuk menjadi benda digital. Metamorfosis tak hanya mengecilkan ukuran, tapi juga mengubah keseluruhan bentuknya dari ada menjadi tiada, dari jasad menjadi kasat, dari teraba menjadi terasa, dari centi menjadi bit.

Namun sifat yang tak pernah berubah adalah keterbacaan.

Keterbacaan adalah abadi dari proses perpindahan ruang lewat perantaraan cahaya. Pemindaian adalah proses dan kerja cahaya di atas cahaya di atas cahaya yang mengubah secara ajaib benda-benda yang teraba, terindera, tercatat dalam satuan ukuran mili, menjadi duplikasi yang sama tapi tak teraba.

16 July 2013

Kucing Perpustakaan Dua Ubin itu Bernama Puss si Penghancur Kertas

Katamu cukup untuk sore ini. Kau telah mengayuh kurang lebih 10 kilometer. Keringat membasahi kaos abu-abu dry fit yang kau kenakan. Kau campakkan kaos tipis itu ke keranjang lipat berkain merah di pojok kamar mandi. Kau tak langsung mandi melainkan hanya membasuh wajah secukupnya dengan sabun herbal untuk menyingkirkan debu dan kotoran jalanan yang dihempaskan bus si raja jalanan dan asap dari lubang anus motor paling menyebalkan raungannya yang di mana-mana mendaku diri raja erex.

15 July 2013

Di Atas Sadel Sepeda Kau Menamai Proyekmu dengan "Library 2.U."

:: gus muh

Kau tahu kau tinggal di kota yang dari hari ke hari makin riuh dan di hari-hari tertentu tampak seperti neraka di masa depan yang tak pernah dibayangkan Mangkubumi saat rancangannya dieksekusi pertama kali para abdi dalem di abad 18. Kau tahu kau tinggal di kota dengan cuaca makin tak menentu, hujan atau kemarau. Dan kau sadar, kota ini bukan daratan surga yang sepi Pulau Labengki (Sulawesi Tenggara) yang dikelilingi laut atau gugusan pulau Raja Ampat yang dipuji-puji pelancong. Ini kota di mana rajanya masih bertakhta di sebuah negara bernama Republik. 

13 May 2013

Karena Kau Hanya Butuh 2 Ubin Rumahmu untuk Bangun Perpus dengan Koleksi Jutaan Buku

::gus muh

Kau mengeluh bukan karena kekurangan, tapi karena kelebihan. Ini juga bukan soal uang, tapi ruang. Katamu, tak ada lagi ruang untuk menampung buku-buku.

Itu keluhanmu di tahun paling akhir.

Tujuh tahun sebelumnya kau bertanya bagaimana caranya memiliki perpustakaan pribadi di saat yang sama, dalam kota ini, kamu hanya punya satu kamar. Menyewa pula. Kamu berpikir tentang berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain. Kau berpikir tentu jika punya perpustakaan, maka menyulitkan untuk hijrah dari satu kos ke kos yang lain. Bila sudah tiba waktunya untuk kembali ke kota asal, betapa repotnya mengatur perpindahan barang. Dan buku adalah salah satu benda dengan massa yang berat.

Saat itu, kau tahu, aku hanya mendengar. Kau benar di masa ketika masa masih sibuk melahirkan diktator; atau masa sedang mencari celah bagaimana mengubur diktator terakhir dalam kota yang kau huni. Membuat perpustakaan dengan menyusunnya di rak-rak kayu atau besi menjadi mustahil bagi seorang aktivis yang sibuk macam kau. Pada akhirnya yang terbayang di pelupuk matamu adalah buku-buku itu akan hancur dalam karung atau kardus yang diompoli air-air dari wuwungan.