Showing posts with label Tuhan/Pelacur. Show all posts
Showing posts with label Tuhan/Pelacur. Show all posts

16 October 2014

Daftar Skripsi dan Studi yang Mengulas Sejumlah Buku Muhidin M Dahlan

Buku "Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur" adalah buku yang paling banyak direspons oleh mahasiswa dari Banten hingga Gorontalo untuk dijadikan tugas akhir. Tidak kurang 20 skripsi sudah dituliskan untuk buku yang pertama kali diterbitkan pada November 2003 di Yogyakarta itu. Berikut ini adalah daftar skripsi mahasiswa dari seluruh kampus di Indonesia yang mengaji buku-buku yang saya tulis. [gusmuh]

04 October 2011

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur

::honeylizious rohani syawaliah

Judul Novel: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Tebal: 261 halaman

Buku ini saya miliki sekitar 5 tahun yang lalu. Saat itu saya masih kuliah semester awal. Jujur waktu pertama memutuskan membeli buku ini karena saya melihat covernya yang menggambarkan seorang perempuan berkerudung yang kontras dengan judul novelnya sendiri. “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur’.

Saya penasaran dengan isinya. Ada apa dengan ‘muslimah’ tersebut hingga memutuskan untuk menjadi ‘pelacur’?

Puluhan halaman pertama saya harus disuguhkan dengan informasi yang padat mengenai sang perempuan. Saya pikir bahasa novel ini terlalu berat untuk dipahami seseorang seperti saya yang sama sekali tidak tahu semua lokasi dan kampus yang ada dalam novel ini. Banyak orang yang merasa tersindir dengan kampus-kampus yang disebutkan dalam novel ini. Novel ini bahkan dianggap menghina instansi mereka.

13 June 2009

Bila mencari dengan hati yang marah, bersiaplah menjadi terbakar

::nanto

Direkomen kawan yang kerja di toko buku sejak masih di Bandung. Menghebohkan katanya. Ketemunya 1-2 tahun lalu.

Saya cuma ingat kawan-kawan di SMA. Kawan yang terlibat dengan organisasi yang ada dalam buku ini. Begitu mencintanya, namun entah yang apa yang dicinta. Yang ada adalah selain dirinya, semua nista. Beruntung kami akhirnya bisa berkarib kembali, menerima masing-masing dengan apa adanya.

Satu kalimat saya untuk meyakinkan seorang dari mereka untuk datang ke acara silaturahmi angkatan, "yang lalu adalah yang lalu, kita datang ke sana sebagai sesama alumni SMA 1. Hanya itu!" Penegasan dari kami bahwa api yang pernah dia kibaskan telah lenyap dalam sekejap tangan bersalaman. Semoga itu yang meyakinkan dia untuk datang.

Pelajaran moral: Bila mencari dengan hati yang marah, bersiaplah menjadi terbakar.

Klik di sini untuk melihat cas cis cus buku ini di Good Reads Indonesia.

21 November 2008

Ikhlas. Jangan berdakwah karena abang ini abang itu

::dini haiti zulfany

Pssstt… bukan saya ‘aku’ di situ heheheh. Itu judul novelnya Muhidin M Dahlan yang waktu itu saya ceritain. Nah, jadi ceritanya, sekarang saya dah dapet sedikit mood nih untuk review pendapat saya tentang novelnya Gus Muh. Tapi sebelumnya, izinkan saya cerita sedikiiiit aja yah kenapa saya sampai ‘kedapetan’ novel ini.

Berawal dari jalan-jalan sendirian di TB Gramedia Bandung, muter-muter, bolak balikin buku, baca-baca, yaah ritual yang biasanya saya lakukan di TB Gramedia AYani Megamal saya terapkan juga di kota orang :D. At a glance ngebaca judul sebuah buku: Tuhan, Izinkan aku menjadi pelacur! reflek tangan saya ngambil buku itu. Ternyata bukan buku, tapi novel. Beda kan ya buku ma novel? hehe. Oke, kita anggep aja beda yak.

Trus, saya baca ringkasan di belakangnya: DIA seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk salat, baca Al-Qur’an, dan berzikir. Dia memilih hidup yang sufistik… bla bla bla. Bagian ini belum berhasil merangsang saya untuk merogoh uang membawa pulang buku ini. Sampai pada bagian: Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen Kampus Matahari Terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syari’at Islam di Indonesia. NAH!

Barulah saya teramat ingin membaca novel ini dengan nyaman di pembaringan. Maka, saya masukkan ia ke dalam keranjang yang sudah penuh berisi buku-buku. Dan sekarang, well done, terbaca habis sudah cerita fiksi yang katanya diangkat dari kisah nyata tersebut. Well, frankly writing *hehe biasanya kan frankly speaking, tapi karena ini saya nulis, bukan ngomong, jadinya frankly writing :p* di tengah penghayatan dalam membaca kisah di novel ini, mau tidak mau saya teringat pendapat panjang lebar yang ditulis kak fitri.

Novel ini, as a whole menceritakan tentang seorang aktivis akhwat yang dalam pandangan saya, tidak ikhlas ketika bertarbiyah! Sebuah generalisasi menyedihkan sesungguhnya, saat akhat dipandang tidak lebih baik daripada pelacur hanya karena sekelumit kasus *yang barangkali banyak di mata mereka yang belum melihat akhwat yang tidak munafik*. Dan di sini, saya tidak sama sekali menyatakan bahwa saya tidak munafik, pun tidak pula menyatakan saya munafik. Saya mengambil filosofi kupu-kupu, bermetamorphosis untuk menjadi ‘cantik’, bukan malah metamorphosis mundur seperti yang terjadi pada Nidah Kirani dalam novel ini. Wallahu’alam bishsawab.

Nah, kenapa bisa saya nyatakan dia tak ikhlas bertarbiyah? Oke, let me guess. Dalam bab pertama novel ini, yang di situ tertulis sebagai pengakuan kesatu, Gus Muh secara eksplisit meletakkan lokasi kejadian di sebuah masjid bernama Masjid Tarbiyah. Aktivitas yang terjadi saat Nidah Kirani berada di area dalam kisah itu juga bisa saya rasakan hawa tarbiyahnya. Tapi, sayangnya, saat Nidah sedang semangat-semangatnya, teman satu pengajiannya, Rahmi, pulang ke daerahnya. Nidah jadinya gak punya temen yang sefikroh lagi deh sama dia. Ghirah untuk terus melanjutkan pengajian amat sangat besar. Namun, ghirah ini tidak diiringi dengan suntikan pemahaman terhadap apa yang sedang ia geluti *saya juga sebetulnya sama sekali gak dalem pemahamannya. Shirah Nabawiyah aja belon abis dibaca. Fiqih dakwah juga belon baca waaargh*.

Menurut saya sih, dengan kekurangpahaman mendalam itu, Nidah jadi ikut aja waktu di’sodorin’ tawaran untuk ikut jamaah sama rekan sepengajiannya yang sukses merekrutnya buat masuk ke jamaah itu. Saya ga tau pasti, jamaah apa yang dimaksud oleh Gus Muh dalam ceritanya itu. Hanya bisa nebak-nebak aja, diskusi sama temen-temen. Ga berani juga menjudge bahwa jamaah yang dimaksud adalah jamaah ini atau jamaah itu.

Anyway, sampai di tengah-tengah cerita, saya malah seakan melihat pada sebuah cermin terbalik. Cerita Nidah Kirani ini malah bertolak belakang sama cerita saya. Kalo Nidah kecewa sama jamaah trus keluar dan ‘buat onar’ serta menantang Tuhan dengan cara maen-maen sama banyak pria *yang katanya ikhwan dalam novel ini*, kalo saya justru kecewa sama banyak pria trus keluar dari permainan itu dan masuk jamaah hehe. Insya Allah, jamaah saya ga seperti jamaahnya Nidah Kirani.

Di akhir buku ini, ada beberapa pendapat tentang novelnya Gus Muh ini. Ada yang pro, ada yang kontra. Bisa diliat di sini deh beberapa pandangan tentang novel ini. Kalo saya sendiri, sama sekali tidak marah, tidak kontra, dengan novel ini. Entah kisah nyata atau tidak, hanya Allah yang tau. Dari fraksi manakah yang ‘main-main’ sama Nidah Kirani dalam novel ini, saya juga tidak tau. Dari fraksi manapun dia, entah kisah fiksi atau non-fiksi novel ini, saya tetap berusaha ambil ibrah dari cerita ini. Toh segalanya bisa diambil ibrahnya, kan?

Intinya sih, kalo menurut saya, saat kita menjalani sebuah jalan yang sudah kita yakini kebenarannya dari hati, jalani dengan ikhlas. Jangan berdakwah karena orang, berdakwah karena ada bang ini atau kak itu, berdakwah ikut-ikutan, tapi berdakwahlah karena Allah saja *Ya Allah, semoga saya ikhlas berdakwah di jalan ini*.

Saat ini, secara pribadi, kadang memang suliiiiit sekali menemukan keikhlasan menduduki hati. Tapi saya manusia, yang selalu ingin ikhlas seperti sahabat-sahabat Nabi yang bisa ikhlas, seperti Hasan Al Banna yang ikhlas berjuang demi tegaknya panji-panji Islam di bumi Allah SWT ini. Do’akan saya teman-teman…

20 November 2008

Jamaah Daulah Islamiyah dan Pelacur

::habibah

Judul di atas saya pasang sebagai refleksi saya orang awam terhadap novel ”Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur”. Memoar luka seorang muslimah. Karya Muhidin M Dahlan.

Mengungkap satu kenyataan yang mungkin benar-benar terjadi. Dialah seorang gadis bernama Nidah Kirani, bercita-cita memasuki Islam secara kaffah, bergabung dengan teman-temannya dalam sebuah jamaah aliran keras untuk mendirikan Daulah Islamiyah di Indonesia.

Kiran, seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar, hampir semua waktunya dihabiskan untuk salat, baca Qran, dan berzikir. Dia memilih hidup yang sufistik, hidup sederhana, makan seadanya di sebuah pesantren mahasiswa.

Perjalanan selama tiga tahun ikut berjuang dalam jemaah tidak membuat Kiran bertambah kuat keislamannya tapi sebaliknya, pertentangan daya nalarnya yang kritis dengan kondisi riil dalam organisasi yang tidak lain hanya berisi dogma-dogma yang tertutup membuat dirinya memberontak dan ingin keluar dari kungkungan jemaah tersebut.

”pada akhirya ibadahku pun kembali merosot kalaupun aku terlihat menjalani ibadah, itu sekedar menjalani ritual keagamaan saja. Tubuhku saja lenggak-lenggok menghadap kiblat, namun hatiku tidak ikut dalam ritual itu. Aku sudah sebagaimana kebanyakan ibadah awam. Ibadahpun mulai malas, sekali duakali ketika azan maghrib sudah melantun rasa kosong manghampiriku, hatiku nelangsa tak tahu berbuat apa. (h.65)

Dalam keadaan kosong itulah Kiran terjerembab dalam dunia hitam. Ia memutuskan untuk keluar dari pos jamaahnya. Mengontrak kamar kos yang seadanya di pinggiran Malioboro. Ia lampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengonsumsi obat-obat terlarang. Katanya ”aku hanya ingin Tuhan melihatku, lihat aku Tuhan, kan kutuntaskan pemberontakanku kepada-Mua” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuilpun rasa sesal.

Lihatlah Kau, apa yang Kau lakukan selama ini. Aku sudah berinfak sekian banyak, bahkan lebih besar dari yang lain, di jalan yang Engkau ridai, kalau malam aku dirikan salat, untuk mengabdi kepada-Mu semata, tapi mengapa semua itu berujung dengan kekecewaan.(h.100)

Oh kakak-kakakku, oh ibu, oh bapak, aku rela menipu kalian. Telah kukuras semua harta untuk infak setiap minggunya, dari kerja payah kalian. Untuk apa infak itu? Untuk infak jamaah, untuk perjuangan suci umat islam.

Rasa kecewa yang besar membuat kiran gelap hati, hingga membuat terjerembab dalam dunia hitam, pil-pil haram itu telah menjadi temannyaa, free sek adalah hiburannya. Tak ada lagi ibadah yang dulu selalu dilakukannya. Yang ada hanya perasaan benci dan kecewa dengan tuhan yang dilampiaskan dengan pil dan free seks.

Dari petualangan seksnya itu tersingkap topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya—baik aktivis sayap kiri maupun sayap kanan (Islam)—yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen Kampus Matahari Terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat Islam di Indonesia.

Aku mengimani iblis. Lantaran sekian lama ia dicaci, ia dimaki, dimarginalkan tanpa ada satupun yang mau mndengarnya. Sekali-kali bolehlah ku mendengar suara dari kelompok yang disingkirkan, kelompok yang dimarginalkan itu, supaya ada keseimbangan informasi. (h.11)

Hingga akhir cerita tak ada penyesalan atas apa yang kiran lakukan. Dia semakin mantap menempuh jalannya sebagai pelacur, dia katakan:

Oh tuhan izinkan aku mencintai-Mu dengan cara yang lain...(h.253).
Terserah Kamu Tuhan, aku tak perduli lagi......(h.252)

Demikian...

Bagaimana dengan Anda?

18 November 2008

This book is recommended to read

::rengganis

Ini gara-gara provokasi teman, makanya ak beli novel karangan Muhidin M Dahlan. Dalam promosinya temenku bilang ada novel keren, kisah nyata dan settingnya di Gunungkidul. Aku kalo udah denger2 yang berbau Gunungkidul langsung gimana gitu heheheh

Tapi cukup lama aku nyari novel ini, karena memang sempat diberedel dan menghilang begitu saja. Harus nyari dan ngubek2 loakan buat dapetin novel ini. Kenapa kemudian diberedel??? Yah karena dengan gamblang novel ini menggambarkan “ pemberontakan” mahasiswa di Kampus yang terkenal dengan kampusnya orang baik-baik yang berakhlak mulia di Yogyakarta.

Tapi, beruntung pas lg main di tempat temen di Yogyakarta aku liat itu novel yang sudah kumuh, halaman demi halaman udah rontok gak melekat lagi. Kalo dibuka byak dipastikan kertas-kertas akan beterbangan. Ak baca ngebut karena sehari mesti kelar, gak boleh dipinjam dan dibawa pulang. Aku maklum, lha wong nyarinya aja sulitnya minta ampun…. Aku baca halaman demi halaman… Novel ini menarik karena memuat protes pada realitas sosial yang sarat pada kemunafikan. Di sini, diceritakan pergulatan seorang perempuan dengan idealisme tinggi, namun akhirnya menemukan kemunafikan yang luar biasa dalam pertemuannaya dengan berbagai orang yang selama ini mengatasnamakan agama, akhlak, idealisme…

Nidah Kirana, cewek asli Gunungkidul sebagai tokoh utama digambarkan sebagai muslimin yang taat, tubuhnya tertutup jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk shalat, baca Al Quran, dan berzikir… Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkannya ber-Islam secara kaffah, ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup…

Kesadarannya memberontak ketika banyak hal yang ditemuinya saling bertentangan. Dalam kekecewaannya, Nidah berkelana. Berpetualan dari satu organisasi ke organisasi lain. Dia berontak pada "Tuhan"nya dengan caranya. Mulai mencoba merokok , mencicipi narkoba, sampai akhirnya berpetualang pada satu pria ke pria lainnya. Dan pertahanan diri yang lemah mendorongnya untuk memenuhi hasrat nafsu manusiawinya, BERCINTA,BERSETUBUH dengan dalih pemberontakan.

Hal ini yang menjungkir balikkan lagi keyakinan dan kepercayaannya. Yang tampang ustadz, menidurinya, yang seniman menidurinya, yang aktivis menidurnya. Dalam suasana hati yang luluh lantah, kepercayaannya pada laki-laki, perkawinan,dan cinta pun menjadi Nihil.

Dan dengan perasaan marah, kecewa, dia berusaha untuk bangkit dan tak mau kalah. Maka dicarinya pembenaran-pembenaran yang dapat menguatkan hatinya. Hingga dia pun dapat berdiri tegak, mengangkat dagu, dan menantang dunia, tuhan, dan realitas. Nidah menasbihkan diri untuk melacurkan diri. Sebagai bentuk pemberontakannya pada Tuhan terkasihnya

This book is recommended to read, apalagi katanya…ini kisah nyata lho. Di Gramedia novel ini sudah dipajang dengan editan disana sini.

09 November 2008

"Aku merasa ditelanjangi..."

::diana sasa

Buku ini pertamakali kubaca sekitar tahun 2003- 2004. Saat itu masih susah untuk dapet buku ini, soalnya sempat mau dibakar segala setelah muncul kontroversi. Aku dapat dari nitip seorang kawan yang jalan-jalan ke Jogja. Itupun dia dapetnya mesti muter seluruh toko buku dan cuma dapet satu, yang tinggal satu-satunya. Harganya 28.000. Aku tahu buku itu dari seorang teman.

Pertamakali membaca buku ini, aku merasa ditelanjangi. Semua kalimat yang ditulis seperti menterjemahkan apa yang aku alami. PERSIS…!!! Pemberontakannya pada Tuhan, Ketidak percayaannya pada Cinta, Perkawinan, dan Laku-laki. Semua sedang kualami. Aku dalam kondisi depresi dan kecewa yang berat. Hanya saja aku belum menentukan pilihan akan kemana membawa alur perahu kehidupanku, Tokoh di buku ini sudah, Dia memilih menjadi pelacur sebagai bentuk pemberontakan dan sekaligus aktualisasi atas kekecewaanya.

Nidah Kirani, dalam kegamangan hatinya menemukan komunitas islam kanan yang mendekatkannya pada konsep-konsep ketuhanan dengan sandaran hati. Nidahpun tersentuh, terpesona dan jatuh hati pada kesantunan dan kelembutannya. Maka totalitaspun diberikannya. Namun yang diterimanya kemudian, bukan kepuasan melainkan kekecewaan. Kesadarannya memberontak ketika banyak hal yang ditemuinya saling bertentangan. Banyak kemunafikan, manusia-manusia bertopeng di sekitarnya. dia pun mulai mempertanyakan eksistensi Tuhannya.

Dalam kekecewaannya, Nidah berkelana. Dari satu organ ke organ lain. Mengeksplorasi habis-habisan kecerdasannya. Mengungkapkan semua ide dan hasrat ingin tahunya. Bertemu satu laki-laki ke laki-laki lainnya. Dan pertahanan diri yang lemah mendorongnya untuk memenuhi hasrat nafsu manusiawinya, BERCINTA,BERSETUBUH dengan dalih pemberontakan. (Padahal sebeneranya hanya cara lain untuk melampiaskan kejenuhan, kekesalan,kekecewaan, dan kebuntuan hati)

Laki-laki yang ditemuinya, yang menidurinya, adalah figur-figur yang dalam penampakannya menampilkan sisi-sisi idealis, sisi sisi religius,sisi-sisi yang ‘BAIK’. Hal ini yang menjungkir balikkan lagi keyakinan dan kepercayaannya. Yang tampang ustadz, menidurinya, yang seniman menidurinya, yang aktivis menidurnya. Dalam suasana hati yang luluh lantah, kepercayaannya pada laki-laki, perkawinan,dan cinta pun menjadi Nihil.

Dan dengan perasaan nista, putus asa, marah, kecewa, dia berusaha untuk bangkit dan tak mau kalah. Maka dicarinya pembenaran-pembenaran yang dapat menguatkan hatinya. Hingga dia pun dapat berdiri tegak, mengangkat dagu, dan menantang dunia, tuhan, dan realitas. Di perantarai seorang dosen pembimbing skripsinya , Nidah menasbihkan diri untuk melacurkan diri. Sebagai bentuk pemberontakannya pada Tuhan terkasihnya

COMMENT/KOMENTAR
Jika membaca buku ini dalam kondisi kosong, depresi, anda akan hanyut dan terbawa dalam kemurungan berkelanjutan. Jika membaca buku ini dalam kondisi berbunga-bunga atau gembira, anda akan lekas bosan. Jika membaca buku ini ketika sedang serius dan minat untuk berdiskusi, anda akan menemukan pencerahan dan bahan diskusi menarik. Baca saja ketika sedang tenang. Saya membeli buku cetakan terbaru, membacanya lagi, dan efeknya biasa saja.

23 September 2008

Sastra, Tulisan, dan Buku Berkualitas

::warastuti

Saya lihat Andrea Hirata dan Helvy Tiana dalam suatu sesi debat mengenai buku berkualitas di TVOne beberapa waktu lalu. Saya hanya sekilas saja menyimak, karena memang tidak sengaja menemukan segmen acara tersebut. Jika tidak salah hadir juga di sana Muamar MK., penulis Jakarta Undercover. Kesimpulan saya dari debat mereka ialah Helvy menggebu mengatakan bahwa tulisan pop, chick atau teen lit adalah batu loncatan atau pendekatan kemasan yang bisa digunakan untuk memperkenalkan sastra pada anak hare gene yang memang boleh jadi jumlahnya akan signifikan menguasai pasar. Sementara Andrea bilang, itu soal segmen, juga tidak bisa dibuktikan bahwa pembaca teen atau chick lit akan “meningkat seleranya” menjadi pembaca buku-buku sastra (sastra di sini artinya tulisan yang dibentuk dengan kedalaman isi, pesan, serta tutur bahasa).

Saya condong pada pendapat Andrea. Selera itu dibentuk, sebagaimana kebiasaan. Buku mengalami komodifikasi sedemikian rupa sehingga melahirkan genre lit-lit tadi, yang temanya berkisar soal putus-sama-kekasih dan dibungkus dengan bahasa yang tak bermassa. Kini banyak orang sadar membaca itu penting, tetapi sedikit orang yang sadar bahwa bacaan membentuk pribadi. “Kita adalah apa-apa yang kita baca”. Sedikit orang sadar bahwa buku terbagi menjadi kategori: Sampah atau Mencerahkan. Memang ini teramat relatif dan sensitif terhadap selera masing-masing, tetapi tentunya para pendidik dan budayawan lebih tahu, setidaknya secara teoretis, buku mana yang layak-baca dan mana yang tidak. Memang, menulis juga hak setiap orang. Misalnya Anda lulusan ITB, (seharusnya) dibentuk untuk peka pada kondisi rakyat, lalu setelah lulus Anda bikin buku tentang kehidupan anak kampus yang suka ganja dan seks bebas atau bikin cerita soal putus cinta, silakan takar sendiri apakah Anda telah berhasil menyumbang sesuatu yang berarti bagi masyarakat, menjadi supplier karya baru pada lapisan generasi tertentu, atau samar melakukan pembodohan dan peyorasi peradaban. Banyak upaya mengakomodasi globalisasi dan budaya massa yang kemudian tertelikung oleh keduanya sendiri, kehilangan idealisme dan esensi.

Ketika dulu akan mengadakan Pekan Baca Tulis pertama di ITB guna meningkatkan minat baca masyarakat, kami berencana mengundang pembicara Sitok Srengenge dan Dewi Lestari. Pokoknya ketika itu kami sedang kebingungan mencari pengisi acara. Dan tahukah Anda apa yang diceritakan seorang panitia?

“Teh, Sitok Srengenge minta honor sekian juta. Dewi minta sekian juta.”

Urung sudah niat kami mengundang mereka. Memangnya kami ini Java Musikindo atau Diandra Production apa??? Diminta bicara dan kampanye pencerdasan buat rakyat saja minta bayaran demikian besar. Adakah kebaikan yang tidak perlu dilabeli harga? Idealisme dan esensi jadi hilang.

Serupa tapi tak sama. Kalangan film juga meributkan soal sensor yang menghambat kreativitas. Tidak hanya soal pornografi tetapi juga soal kekerasan. Para penulis yang "mudah kaya" seperti Muamar MK. Atau Muhidin M. Dahlan juga mungkin akan berdalih “Lha ini kan kreativitas. Suka-suka dong! Demokrasi gitu loh”. Tetapi, ketahuilah bahwa kreativitas menuntut tanggung jawab. Sebelum berbuat sebagai insan cendikia, seharusnya kita mikir dong, apa efek hasil karya kita terhadap masyarakat, apakah mencerahkan.. apakah baik.. atau tidak (Memangnya Einstein juga memberlakukan teori relativitas atas naluri ya?!). Jika semua orang hanya berpikir menurut egonya sendiri: Memuaskan ekspresi, menginginkan sensasi, atau (seperti koruptor harta) memuaskan nafsu sendiri, rusaklah negeri ini. Bagi saya, it’s another kind of corruption. Kita tak kan bisa bicara soal sustainable development tanpa pola pikir yang komprehensif terlebih dahulu.

Satu hal lagi tentang buku, jangan serahkan selera Anda pada publik! Buku yang laris belum tentu berkualitas, juga sebaliknya. Asah identitas Anda sendiri sebelum orang lain, iklan, tayangan TV melakukannya untuk Anda!

KOMENTAR:
#At July 30, 2008 11:18 PM, Anonymous Donny Reza: Emang yang lit-lit itu isinya gimana ya? Hehe. Sepakat 1000% dengan paragraf kedua dari bawah. Omong kosong dengan kebebasan berkespresi tanpa disertai tanggung jawab.

#At July 31, 2008 1:51 AM, OpenID randompacking: wew..."buku sampah" sambil makan "makanan sampah" di sebuah negeri yang "sampah industri" adalah barang import!! sedih...

22 September 2008

Terlepas dari membikin 'gerah'...

::erlita

Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk sholat, baca al-qur’an dan berdzikir. Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap dia hanya mengkonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa. Cita-citanya hanya satu : untuk menjadi muslimah yang beragama secara kaffah.

Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat islam di Indonesia yang di idealkannya bisa mengantarkannya berislam secara kaffah ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali di gugatnya kondisi itu tapi hanya kehampaan yang hadir. Bahkan Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti “lari dari tanggung jawab” dan “emoh” menjawab keluhannya.

Dalam keadaan kosong itulah dia terjerembab dalam dunia hitam. Ia lampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengkonsumsi obat-obat terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan! Kan kutuntaskan pemberontakanku pada-Mu!” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuilpun rasa sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya – baik aktivis sayap kiri maupun sayap kanan (islam) – yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen kampus Matahari terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat islam di Indonesia.

Buku ini ditulis oleh Muhidin M. Dahlan atau biasa dipanggil Gus Muh. Terlepas dari judul buku dan tema penulisan yang ‘nyeleneh’ dan membuat ‘gerah’ beberapa kalangan yang membacanya, buku ini disusun dengan gaya bahasa yang enak dibaca. Kalimat-kalimatnya bukan ‘kalimat gaul’ bahkan banyak terdapat kata-kata ‘kamus bahasa Indonesia’ yang jarang didengar dan digunakan sehari-hari.

21 September 2008

Sesat bgt bacaan lo

::ramana desca

Jarang2 kasih rating 5 buat buku...wwoooowww....itu kata yang terlintas pertama oleh aku ketika membaca judul novel karangan dari Muhidin M Dahlan.... dengan bahasa yang provokatif membuat ku tertarik buat membacanya ? kenapa dengan background yang cukup dekat lingkungan agama islam penulis secara blak-blakkan mengkritik Tuhan serta semua orang yang mengaku beragama tetapi hanya kumpulan orang-orang munafik.....

Sebuah kisah yang konon katanya merupakan proyeksi dari sebuah kisah nyata perjalanan hidup seorang wanita sholehah yang akhirnya menjalani cerita hidup yang lain.

Ada benarnya juga isi dari novel ini atau mungkin dapat dikatakan secara reel dalam dunia kerja atau dalam kehidupan nyata ini dipenuhi orang-orang pesakitan terhadap sesuatu yang diagung-agungkan oleh sebagian orang lainya (Tuhan), orang-orang yang aku sebut sebagai generasi sakit hati ( kutipan dari seorang teman yang kecewa terhadap kehidupannya ).... berapa banyak orang yang ” dikecewakan ” oleh sesuatu yang katanya agung tersebut tetapi disisi lain banyak mereka mengatakan bahwa itu hanya cobaan Tuhan terhadap umatnya.......

Uh....Begitu Kerasnya dunia, begitu biasanya kemunafikan, tapi bagi dia itulah kehidupan, yang kini dijalaninya sebagai seorang pelacur (Kata orang).

KOMENTAR:
mioblackcute reply: nah.. aq da baca ne novel.. n sama, aq juga ngasi rating 5 buat ne novel. malah dengan bodohnya kadang aq suka ngeles dengan kalimat " biarlah berbuat dosa, karena kadang dengan dosa, qta bisa belajar dewasa" hahahahaha... tapi semua orang yang tau aq baca novel ini bilang "sesat bgt bacaan lo!" how 'bout you?


14 August 2008

Lihat dari Karya Sastranya saja....

::kisdiantoro, tribun jabar

BANDUNG, TRIBUN- Muhidin M Dahlan mengaku tak menyangka bahwa buku karyanya berjudul "Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur!" mengundang banyak reaksi.

Di Jawa Timur dan Jawa Tengah buku ini dilarang beredar, namun sempat dibahas di berbagai perguruan tinggi yang ada di sana.

"Saya tidak menyangka buku ini akan menjadi fenomena karena terus terang, dalam menulis buku ini saya hanya beritikad menulis pengalaman rekan saya, bukan untuk merusak aliran agama apalagi sampai menyinggung agama Islam," jelas Muhidin dalam bedah buku yang diselenggarakan Universitas Islam Bandung (Unisba) di Aula Unisba dalam rangka Parade Bedah Buku Milad Unisba ke 50, Selasa (12/8).

Lebih lanjut diceritakan dia, tulisan dalam bukunya menceritakan pengalaman tentang luka seorang muslimah yang membuat hatinya begitu frustasi, marah, putus asa hingga menentang Tuhan dengan keputusannya menjadi pelacur yang ditokohkannya ke dalam seorang gadis bernama Nidah Kirani.

Sepanjang buku ini pembaca diajak untuk mengikuti alur hidup Kiran secara kronologis yang dibagi ke dalam beberapa fase, fase pencarian identitas, kecewa atas inkonsistensi yang didapatinya dalam sebuah 'gerakan' Islam yang ada di Kampusnya hingga fase petualang ke dunia berbada yaitu dunia free sex, narkoba hingga akhirnya menjerumuskan diri ke dunia itu.

"Belasan kali novel ini didiskusikan, belasan kali pula saya memanen sumpah serapah dari berbagai pihak. Umumnya saya dituding sebagai penghina agama dengan kualitas kebencian yang luar biasa," terangnya.

Dosen Pascasarjana UIN Gunung Djati, Bambang Q Anees yang dihadirkan sebagai pembahas buku tersebut mengatakan buku yang sarat dengan kontrofersi itu memang langsung ketahuan dari judulnya.

"Kalau dilihat dari isinya maka sebetulnya buku ini jangan dikaitkan dengan kehidupan nyata, apalagi syarat dengan kontroversi tertutama dengan Agama Islam. Buku ini sebaiknya hanya dilihat dari karya sastranya saja, apalagi buku ini seperti novel yang tentunya syarat dengan kontribusi si penulis untuk memberikan opini dalam tulisannya sehingga menarik untuk dibaca," terangnya. (pin)

Selasa , 12 Agustus 2008 , 19:02:00 wib

16 July 2008

Siapa Takut Tergoncang Kalo tak Rapuh

::ansori, tulungagung jawa timur

Baru saja selesai melahap sebuah buku yang gw temukan di TOGA MAS MAS NGALAM dua minggu lalu. Pengarangnya Muhidin M Dahlan. Gw tertarik beli karena judulnya memang sangat kontroversial: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur: Memoar Luka Seorang Muslimah. Kebetulan sinopsis di cover belakangnya juga sangat menarik:

Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk shalat, baca Al Quran, dan berzikir… Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkannya ber-Islam secara kaffah, ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup.

Baca sinopsis itu, gw membayangkan tokoh cerita ini adalah seperti salah seorang teman gw: yang taat beragama hingga awal masa perkuliahan, namun sekarang dengan bangga memproklamirkan diri sebagai atheis, kendati masih menyimpan fotonya yang dalam balutan jilbab di dompet. Ternyata jalan ceritanya memang mirip, walaupun sumber kekecewaannya berbeda arah.

Well.. separuh pertama ceritanya sangat kuat. Tentang seorang gadis, Nidah Kirani, yang mengamalkan agama lebih sebagai rangkaian ritual. Memang, sebuah kebiasaan yang dilakukan berulang2 itu akhirnya menimbulkan kerinduan untuk memperdalam agama. Kerinduan itu mengantarnya pada seorang teman diskusi yang fasih mengutipkan dan menjelaskan ayat untuk menjawab keingintahuannya. Karena memang konsep kehidupan beragama si tokoh adalah sebatas ritual, maka dia tak benar2 kritis untuk menyadari bahwa ayat2 dan hadis2 itu kerap kali (maaf) “diputarbalikkan” untuk membenarkan tujuan organisasi garis keras tempat si teman diskusi bergabung. Kiran pun akhirnya bergabung dengan organisasi itu, dan ternyata kemudian menyadari bahwa preview yang dia dapatkan lebih indah dari warna aslinya.

Cerita ini sudah cukup kuat untuk menggambarkan suatu pergulatan batin seseorang yang kecewa. Dan cerita ini juga sangat masuk akal. Ketika seseorang mendapatkan bahwa apa yang diharapkannya hanyalah sebuah ilusi, maka dia akan menjadi sangat kecewa, dan konsekuensinya adalah melakukan perubahan yang drastis. Bukankah manusia selalu membutuhkan pegangan dalam keadaan seperti ini? Dan jika suatu titik membuat kita kecewa, tidakkah secara instinctive kita akan “lari” ke titik yang berlawanan? Fenomena yang sama kerap terjadi pula pada suatu kasus yang berkebalikan: seseorang yang tadinya kehidupan beragamanya biasa2 saja atau malah tidak perduli sama sekali dengan agama, ketika sampai pada suatu titik yang sangat mengecewakan, bisa berbalik menjadi sangat religius bahkan mengarah pada fanatik.

Cerita menjadi agak bertele2 dan terlalu panjang ketika dalam paruh kedua si penulis sibuk menceritakan proses keterpurukan Kiran hingga memutuskan untuk menjadi pelacur. Entahlah, mungkin si penulis keburu terpaku pada judulnya, sehingga harus menuntaskan cerita hingga keluar tekad si tokoh untuk melacurkan diri. Padahal, jika saja si penulis berkonsentrasi di paruh pertama ceritanya, dan meniadakan paruh kedua, maka dia akan punya lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi kepribadian Kiran serta dinamika terjadinya kekecewaan itu secara lebih mendalam. Banyak hal yang bisa dieksplorasi lebih lanjut, seperti kutipan2 di bawah ini:

Kucoba bertanya banyak hal, tapi selalu tidak terjawab. Begitu sedikitnya wawasan ikhwan ini. Tiap minggu yang dia kasih cuma ceramah yang itu-itu saja yang sangat membosankan, “Dakwah ya. Kalian itu disuruh berdakwah. Berdakwahlah.” Ketika kutanya apa sasarannya ke depan, jawaban yang ia berikan berputar di situ lagi. Aku jadi berpikir, jangan-jangan orang ini sama juga denganku, sama-sama udim politik dan wacana pergerakan. Dalam tubuh Jemaah hanya segelintir orang yang tahu mau ke mana Jemaah ini hendak dibawa (hal. 85)

Kekagumanku pada Mbak Auliah pun perlahan memudar. Ternyata ia bukan seorang ukhti yang kuidealkan. Perhatiannya yang menyejukkan, penuh persaudaraan, dan sungguh-sungguh kepadaku, ternyata tidak dibarengi dengan keluasan wawasan dan kedalaman pikir untuk mengajarkan ilmu kepada yang lain (hal. 62 – 63)


Hal-hal seperti ini akan lebih menarik untuk dibahas: bagaimana di lapis bawah suatu organisasi mungkin terdiri dari orang2 yang hanya bermodalkan kepercayaan, bukan pemahaman, sehingga begitu mudahnya mereka dimanipulasi oleh lapis atas yang lebih pintar. Dan sulitnya, karena mereka percaya, mereka dengan rela hati mengikuti semua perintah yang diberikan tanpa mau (atau tanpa mampu?) mengkritisi sebab dan tujuannya. Juga bisa dibahas dinamika tentang bagaimana frustrasinya seorang cerdas yang bersemangat untuk berbuat suatu kebaikan, dan kemudian menjadi demotivated karena hal2 yang tampaknya sepele bagi kebanyakan orang.

Ah sudahlah.. niat gw bukan cerita panjang lebar tentang isinya. This book is recommended to read, and it is you to judge the story. Gw justru pingin berkomentar tentang Surat Untuk Pembaca yang dilampirkan di akhir buku.

Selain pujian, si penulis menerima banyak kutukan dan makian untuk bukunya ini. Dari tuduhan bahwa dia kafir, Marxis, benci agama, berusaha merusak akidah dengan kecanggihan tulisannya, hingga prasangka tentang “siapa” di balik penerbitan buku ini. Bukunya dikatakan sampah yang tak layak dibaca, wajib ditarik karena mencemarkan nama baik agama. Penulis diminta untuk bertanggung jawab atas akibat sosial: merusak iman remaja dan akhlak bangsa.

Tapi gw suka cara si penulis menjawab cacimaki ini:

Iman yang tak digoncangkan, sepengetahuan saya, adalah iman yang rapuh. Iman yang menipu. Hati-hati! (hal. 260)

Toh, seandainya saja ada yang tersesat setelah membaca buku ini, jangan melulu menyalahkan buku ini. Yang kita pertanyakan justru iman pembaca yang bersangkutan: betapa tipisnya iman mereka yang tersesat hanya dengan isi buku kecil ini. (hal. 259)

Penulis itu, dalam keyakinan saya, mirip dengan tukang besi pembuat pisau. Tentu saja pembuat besi tidak bisa dimintai pertanggungjawaban sekiranya pisau buatannya disalahgunakan oleh seseorang untuk membunuh… Tapi pun kalau dimintai pertanggungjawaban, maka bentuknya yang paling mungkin adalah dengan menghadiri diskusi buku yang bersangkutan. Maaf, saya seorang penulis, dan tugas saya adalah menulis dan mengungkapkan kebenaran yang menurut saya benar. (hal. 257)


Yup! Setuju! Tersesat.. itu hanya bagi orang yang buta-tuli-sekaligus bisu dan/atau gak punya peta.. ;-). Dan soal goncangan,.. siapa takut tergoncang kalo tidak rapuh? Bukankah hanya benda2 fragile yang kotaknya diberi peringatan: “handle with care”? Menurut gw, untuk itulah Tuhan memberi kita kemampuan berpikir: supaya gak gampang2 tersesat atau tergoncang hanya karena sebuah buku berkata “beda” dari apa yang kita percayai. Supaya kita bisa mengkaji segala macam informasi yang membombardir kita; informasi yang kadang menggunakan belief kita sebagai kuda Troya.

Balik lagi ke segala cacimaki itu.. I wonder.. is it really because they care, or is it just the reflection of their own insecurity? Betapa mudahnya menyalahkan suatu pihak, atas nama kepedulian terhadap masyarakat yang lebih luas, jika kita gak percaya sama kemampuan diri kita sendiri untuk menghadapi sesuatu… ;-)

06 April 2008

Mbok Kalau Berkarya yang Positip

::widyoharjono

Novel ini bercerita perjalanan hidup seorang perempuan yang mencari jati diri dengan ingin membaktikan seluruh hidupnya kepada tuhan. Dalam perjalanannya apa yang dia cari tidak sesuai apa yang di inginkannya. Setiap jengkal hidup yang ia dapatkan selalu ia hubungkan dengan tuhan. Maka manakala ketika ia tidak mendapt apa yang ia harapkan ia pun bersangka jelek pada tuhan.

Pencarian yang ia usahakan dengan keras akhirnya hanya sebuah kekecewaan. Padahal setiap jalan kehidupan ini adalah sebuah ujian bagi manusia. Sebuah rangkaian mencari hikmah. Apa yang di ceritakan dalam novel ini adalah keputus asa an dari sebuah sangkaan. Ada kata yang mengatakan tuhan adalah apa yang kamu sangkakan.memang betul adanya. Tapi percayalah tuhan memberikan semua ujian pasti ada hikmahnya.

Di tengah kekecewaan terhadap tuhan ini. Peran utama dlm cerita novel ini Kiran menyisir kehidupan para ustad dan mereka yng mengaku beriman. Di sela kehidupan para ustad dan ibadah yang mereka kerjakan setiap hari, melalui kekecewaanya tokoh ini,dia masuk dalam bagian hidup yang bagi ustad atau orang yang mengaku beriman adalah tabu bahkan dosa besar.

Tapi apa yang terjadi. ?

Konon cerita ini kisah nyata yang diangkat dari cerita wanita yang ingin sekali berdakwah dengan cara masuk ke organisasi yang mengtasnamakn islam. Dalam pertemuanya dengan aktivis 2 islam itu ternyata terbongkar biang kemunafikan seorang manusia. Bahkan seorang yang berpakain serba puith dan berjenggotyang sering memberikan ceramah dalam seminar 2 di kalangan kampus tidak lewat juga dari cerita kemunafikannya. Mereka yang mengaku beriman begitu gampang masuk dalam kemaksiatan manakala di suguhi rayuan erotic perempuan. Kiran yang sudah jenuh dg takdir tuhan menentang aturan 2 tuhan demi kenikmatan dunia lewat sex bebas. Dan rupanya dia lebih senang melampiaskan kepuasannya pada laki laki yang ktnya mengaku beriman. Tampak dengan jelas bahwa laki laki sesungguhnya adalah munafik. Apa yang dia gembor gemborkan dg lantang tentang takwa dalam kehidupan dia sehari hari ternyta tidak berdaya bila sudah bersebelahan di tempat tidur dengan perempuan.

Membaca novel ini setidaknya mereflesikan kepada kita. Apakah kita termasuk orang orang yang demikan ? Yang munafik ? Sampai seberpa besar keimanan kita ? Iman dalam sesorang tanpa riak riak ujian akan terasa hambar buat pencari keimanan sejati . Kita bs Ngomong di luar dg kuat dg nasihat nasihat agama tapi sesungguhnya masih lemah dan rapuh. Sesungguhnya membaca novel ini adalah sekaligus menguji pandangan keimanan kita terhadap dunia lain utamnya dalam melihat kreasi dan karya seseorang.

Dalm launchingnya di masyarkat, melihat judlnya saja sudah nyeleneh dan tabu. So tak ayal kehadirannya banyak juga mengundang pertanyaan bagi orang islam. Kalo saja setiap orang terinspirasi dengan novel ini maka akan menjadi runyam mental sesorang. Dimana kenyataan yang di terima dengan hidup tidak seperti apa yg di bayangkan orang akan menentang dg aturan 2 kebaikan. Malah ambil setir berbalik arah masuk ke perbuatan kejahatan.

Sekilas membaca novel mengundang pwrtanyaanku pada penulis . Apa maksud dari di tuliskannya novel ini ? Dengan di bubuhi pada akhir cerita bahwa penulis seolah olah menjadi wakil dari setan yang sedang mengusahakn untuk berbuat kejahatan pd manusia. Dan uniknya penulis ( Muhidin M dahlan ) selalu membuat novel yg bertentangan dengan ajaran islam. Apakah penulis memang sudah tidk percaya lagi pada tuhan ? Namun di akhir buku ini dia menulis bahwa sangat di sayngkan apabila iman sesorang menjadi goyah hanya karena buku kecil ini. Nampknya penulis ingin menyadarkan pada kita bahwa sebenarnya kita boleh berkarya apa saja tanpa ada batasan apapun dan masyarkat tidak boleh menjudg karya sesorang jelek atau baik.

Biarkanlah kita berkarya dalam dunia kebebasan tanpa batas. Namun hematku kalo memang berkarya itu sah sah saja mbok ya kita menyajikan karya yg bisa membawa manfaat positip buat orang toh ya...Bukan malah yang menhasilkan sikap skeptis apalagi kepada tuhan. Namun inilah dunia kita harus belajar menyikapi segala perbedaan sebagai kekayaan menuju kemajuan. Dasarnya adalah kalo kita berkarya di batasi maka tak akan berkembang. Kalo kita mau protes maka bukan ikut teriak buku novel ini harus di bredel atau di tarik dari penerbitannya tapi coba tandingi dengan membuat novel yang bisa menggugah jiwa.lebih bisa cinta pada tuhan bisa gak ?

Ada catatan penting dalam diri penulis melauli blognya, dia berkata " bahwa kejahatan luar biasa pada sebuah buku adalah bukan membakarnya, tapi ketika kamu tidak menuliskanyya " dan ada lagi kata kata bagus yg berkaitan dgan ini. Dari Ali Bin Abitholib. " ikatlah ilmu dengan cara menuliskannya ". So sampai sebrapa jauh kita terlibat dalam dunia menulis ?? Ingat pena lebih tajam dari ingatan otak..maka tulis lah apa apa yang bias bermanfaat buat kamu.

Sabtu, 2008 Februari 16

11 February 2008

Sempet Shock n Wondering Bacanya

::eka

Yup.....itulah gambaran yang tepat saat baca buku "Tuhan, Ijinkan Aku Menjadi Pelacur (Memoar Luka Seorang Muslimah)" karangan siapa gitu lupa...Buku itu bercerita tentang seorang muslimah yang kecewa dengan ajaran Islam n akhirnya dia jadi hancur...rusak...abis2an deh.

Dikisahkan seorang wanita muslimah berjilbab panjang n rapat yang tertarik bergabung dengan Jemaah yang bertujuan mendirikan Daulah Islam. NK (inisial untuk cewe ini) seneng bgt donQ...dia merasa berarti dah membantu menyelamatkan dunia (halah....berlebihan ga sey ini). Tapi alangkah kecewanya NK setelah bergabung dengan Jemaah. Ternyata org2 disana tidak transparansi menjelaskan perkembangan gerakan organisasi ini.

NK merasa bahwa tugas dia hanyalah menarik org masuk Jemaah sebanyak2nya lalu dia pun juga harus membayar infak setiap bulannya (yg uangnya tak tau lari kemana). Setiap dia bertanya kepada yg lebih senior mengenai organisasi ini lebih detail, selalu tak digubris...Mereka berpesan agar dia menerima saja dan tidak usah banyak tanya. Anggota lain yg 1 pos dengan dia pun ternyata sangat "cetek" pemahamannya tentang agama n organisasi. Lambat laun NK juga merasa dikucilkan beberapa anggota akibat sikapnya yg terlalu kritis itu. NK merasa kecewa...dia yg dulu smangat 45 untuk berjihad di jalan ALLAH ini merasa sia-sia.

Akhirnya..jreng...jreng...dia memutuskan untuk keluar dari organisasi ini.tapi dia tau resikonya, DIBUNUH. Maka dari, NK berencana kabur dengan beberapa anggota lain yg mempunyai pemikiran yg sama dan mereka BERHASIL. Namun, hidup Nk tidak berubah menjadi lebih baik. She has changed 360 derajat. NK menjadi org yg gila drugs, suka nongkrong di jalanan, dan parahnya lagi suka SEKS.. ABis-abis-an banget deh. Dia merasa dikecewakan oleh Tuhan. Dia berpikir, ini semua salah Tuhan (Yeeeyyy...koQ Tuhan yang disalahkan? dodol deh kamyu NK). Puncaknya..dia memutuskan untuk menjadi pelacur...dimana germo-nya adalah DOSEN dia sendiri. Sepertinya jaman dah edan deh.

Moral yg bisa diambil dari sini banyak banget. PERTAMA, hati2 ma gerakan yg mengatasnamakan Islam. Biasanya mereka mencari target yang (disangkanya) labil untuk dibodoh-bodohi. Ade pernah mo "ketarik" tapi alhamdulillah ade berpendirian kuat, galak n pinter, tapi yg lebih utama karena ALLAH sayang ma Ade-Qu ini. Untung dia ga meminum air yg mereka tawarkan. Temen2nya ade yg dah "ketarik"...susah keluarnya...Makasey ya ALLAH, Engkau masih melindungi ade-Qu.

KEDUA, seberat apapun cobaan yang kita hadapi, tetaplah berpikir positif ma ALLAH...Kita diuji...berarti ALLAH masih perhatin n sayang ma Qta, jangan kaya NK yang langsung kecewa n merusak hidupnya sendiri (dah di dunia kesiksa, di akhirat juga dia masih harus bertanggung jawab kan atas perbuatannya...kasian deh lo)

KETIGA, jangan gampang percaya ma omongan cowo... NK jd suka seks karena ingin melampiaskan dendamnya ma cowo yg pertama kali begituan ma dia...NK terlalu percaya sey ma omongan cowo itu...akhirnya jebol juga kan pertahanan dia...buntutnya..dia dendam ma cowo n jadi suka menaklukkan para cowo melalui seks. ini mah kacau banget ya...Oia...Nk juga PD abis ma tubuhnya sey...

KEEMPAT, sebenarnya kasian juga NK. Sometimes para wanita2 PSK itu melacur karena keadaan.Seperti NK yg dendam ma cowo, lalu ada juga yg terjebak n dipaksa, n yang paling sering karena masalah ekonomi. Jadi, sebaiknya kita juga jangan melihat mereka dengan jijik n seperti sampah, ehm bagaimana kalo kita doakan saja semoga mereka tobat, insyaf dan kembali ke jalan yg benar... Amin.. ^_^ eka yakin..sebenarnya mereka menangis n tersiksa.

Sebenarnya masih banyak pelajaran yg dapat diambil, tapi sepertinya dah kepanjangan ney nulisnya..ok..ini yg terakhir aja. KELIMA, be careful..!!! itu penting banget. Di jaman kaya gini, ada aja niat orang yg ga baik sama kita...who knows right? Mama selalu berpesan.."kalo keluar rumah, jangan lupa banyak doa ya Ka" Yup...kita minta perlindungan ma ALLAH, insyaALLAH kita akan selalu dilindungi-Nya. Amin...

PS : BANYAK-BANYAK LAH BACA..biar kita ga shock atau bego2 amat ma kehidupan sekitar. Jangan kaya eka yg baca buku ini sempet shock n wondering "emang ada ya cerita kaya gini?" aduh..semoga ga benar2 terjadi deh, cuma fiksi. penulisnya sey ngaku..ini kisah nyata, tapi kayanya terlalu berlebihan deh. Parah banget soalnya...sampai eka risih.

10 February 2008

Kok Nyalahin Tuhan...

::fitriayu

Harusnya sih ini cerita diangkat dari kisah seseorang. But I don't know senyata apa kisah yang ditulis disini. Maksudnya, apakah 100% kisah hidup dia, ato ada tambahan2 fiktif untuk membangun suasana. Pas liat reviewnya di belakang buku, WOW... Ngeri banget. Apa iya sampe kaya' begitu. What the hell happen to this girl sampe kisahnya jadi tragis begitu.

Ceritanya tentang seorang muslimah, yang ingin memperdalam ilmunya tentang agama. Sampai ia menjadi seorang muslimah yang amat sangat taat, beribadah 24/7 baik yang wajib maupun sunnah, pakaiannya tertutup berupa jubah dan jilbab besar. Menjalani kehidupan sufistik, sederhana ala Nabi Muhammad. Tergoda mengikuti organisasi islam garis keras yang tergolong "terlarang" di negara ini. Namun di organisasi itulah ia justru kehilangan keimanannya dan merasa tak mendapat jawab atas segala tanya. Dalam keadaan goyah, ia berkenalan dengan dunia narkoba dan free-sex, dan lebih jauh membawanya ke profesi sebagai pelacur.

Setelah gw baca (dan belum selesai), gw ngga mendapatkan gambaran tentang yang dialami si perempuan ini sampai dia menggadaikan iman dan jatuh terjerembab ke dunia hitam. Entah karena ceritanya kurang bisa mendeskripsikan apa yang dialami atau bagaimana perasaannya; atau memang begitu mudahnya si perempuan ini goyah iman dan mempertanyakan Tuhan, bukannya menyalahkan organisasi yang dia ikuti yang menjual nama islam hanya untuk kepentingan pribadi.

08 December 2007

Nyinyir Juga Setelah Baca

::wulan bandung

Pertama kali kulihat di pelataran pameran buku di sebuah mall besar, halaman cover biru dengan siluet seorang muslimah membingkai judul novel dengan judul yang gahar. Lembar-demi lembar kertas buram betinta agak mbeleber cukup mengecewakan. Rangkaian kisah nyata,katanya....penasaran.

Hampir sejenis kukira dengan buku yang judul yang hampir sama "God's callgirls".

Diawali secuil sitiran dr Anand Krishna ttg Isa yang konon menyelamatkan seorang pelacur dari para pelacur jiwa dan roh.

11 pengakuan dalam kurang lebih 230 halaman. Perempuan, Nidah Kirani, sebagai tokoh utama digambarkan bermetamorfosa dengan konsep terbalik. Bukan menjadi kupu2 yang cantik malah jadi ulat buruk rupa.

Dikecewakan orang sekelilingnya menurutku,bukan tuhan atau iman, atao konsep dll nya seperti yang berulang kali disebutkan dalam cerita. Seolah menjadi perempuan kuat yang menelanjangi luar dalam para ikhwan disekelilingnya hanya agar tuhan meliriknya dan menjawab segala keraguannya. konsep atheis yang diramu cukup halus, cukup menjawab sang nidah adalah Idealis-skeptis.

Nyinyir juga setelah baca,dan mungkin bakalan banyak perempuan memandang para ikhwan dengan penuh sangka buruk seperti tergambar dalam cerita atau sebaliknya, para laki-laki akan memandang ukhti-ukhti teduh memakai topeng untuk menutupi kemaksiatannya.

Manusia,tetap manusia. didesain dengan pola yang sama. dilengkapi dengan akal,pikiran dan nafsu. Ga ada yang membedakan antara ikhwan dengan laki-laki atau ukhti dengan perempuan. Seharusnya itu yang dijadikan pijakan untuk tidak mendiskreditkan salah satu status. Semua punya kemungkinan yang sama untuk seputih malaikat,atau sehitam iblis. Menurut ku hidup adalah pilihan,untuk menjadi baik dan buruk. Seperti memilih putih untuk baik dan hitam untuk buruk. Tapi hitam dan putih bukan satu unsur belaka. Putih sendiri merupakan monokromatik dari warna-indah merah-jingga-kuning-ungu-hijau-biru. Dan hitam juga bukan satu warna,tapi manipulasi warna yang sama dengan putih. Baik hitam maupun putih yang dipilih tetap merupakan manifestasi dari beragam aspek.

* Lihat asli tulisan ini di sini.

02 December 2007

Rekaman Sepak Terjang NII KW IX

Syarat bagi anggota yang mau gabung ke dalam organ Negara Islam Indonesia atau NII KW IX adalah: kalau cowok harus ganteng, kalau cewek harus cantik. Pergaulannya juga luwes. Dengan modal itu, diharapkan bisa merekrut banyak anggota. Yang paling ganjil dan meresahkan dari kelompok ini adalah menguras ekonomi anggota dan keluarganya. Audiovisual atau rekaman tentang sepak-terjang organ ini bisa Anda klik dan download di sini.

On Being A Prostitute: Freud's Psychoanalysis Perspective

::meka mestiarini

This research is entitled On Being a Prostitute: An Analysis of the Main Character in the Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” By Muhidin M. Dahlan (An Analysis using Freud’s Psychoanalysis Perspective). It attemps to find out the aspects that influence the main character to be a prostitute by investigating the conflicts and the events she experienced, using Freud’s psychoanalysis perspective.

This research is largely qualitative and seeks to find out the aspects influencing the main character to be a prostitute by investigating the conflicts and the events experienced by the main character through the particular elements of the text. All the data were collected through documentary investigations and interpretation by applying close reading strategy; reading profoundly and repeatedly; as well as taking notes on the textual evidence.

The research reveals four factors that influence the main character to be a prostitute: having poor ego function; dealing with many failures; being disappointed to God, men and love; and suffering from an intense depression.

Penulis: MESTIARINI, Meka,
No. Panggil: upt@pustakaupi.or.id
URN: etd-1123105-124754
Judul: ON BEING A PROSTITUTE: AN ANALYSIS OF THE MAIN CHARACTERS IN THE NOVEL “TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR!” BY MUHIDIN M. DAHLAN (An Analysis using Freud’s Psychoanalysis Perspective)
Gelar: Sarjana
Jurusan: Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung
Pembimbing: Iwa Lukmana (Pembimbing 1) dan Wawan Gunawan (Pembimbing 2)

Kata Kunci
* Psikoanalisis freud
* novel - psikoanalisa
Tanggal Sidang 2 Agustus 2005

24 November 2007

Tak Pantas Selesai Membacanya Menelan Penulisnya

::Heng Q

Buku ini berjudul tuhan, izinkan aku menjadi pelacur, dengan subjudul Memoar Luka Seorang Muslimah. Ditulis oleh Muhidin M Dahlan. Buku yang saya miliki ini adalah cetakan ke-8, Desember 2005. Cetakan pertamanya dibuat bulan Oktober tahun 2003. Dalam 2 tahun buku ini bisa naik cetak sampai 8 kali. Bisa disimpulkan dengan sederhana, buku ini ternyata cukup "laris".

Selain kesimpulan laris di atas, sesungguhnya buku ini mendulang kontroversi yang tak sedikit. Ada tambahan di bagian akhir buku ini yang menceritakan berbagai tanggapan dari pembaca. Dari tanggapan memuji, biasa, bahkan ada yang mendoakan penulisnya masuk neraka. Buku seperti apakah ini sesungguhnya? Sehingga ada yang beranggapan penulisnya pantas berakhir pada sebuah penyiksaan.

Kalau kita akan meletakkan buku ini dalam sebuah kategori, mungkin bisa membingungkan. Sebuah kisah nyata atau karangan belaka? Penulis telah menjawabnya dengan menyatakan bahwa buku ini berdasarkan kisah nyata. Lalu bahan tersebut dijalin, disusun, dijadikan sebuah buku. Tentu saja dengan menyembunyikan atau setidaknya menyamarkan berbagai identitas asli dari berbagai hal yang terlibat.

Yogyakarta, Aktivis Islam, Negara Islam, Lelaki, Pelacur, Pemuka Agama, Tuhan adalah bagian-bagian utama dalam buku ini. Semuanya hadir dalam perjalanan hidup tokoh utama yang bernama Nidah Kirani. Alur cerita dalam buku ini tak akan memusingkan kepala. Berjalan dengan lancar, urut dari awal sampai akhir, bagaikan sebuah buku harian seorang putri yang kembali kita buka dan baca dengan teratur. Tak ada yang istimewa. Juga dengan rangkaian kata dan kalimat yang tergolong sederhana namun dengan rasa sastra. (Ah apa pula ini?).

Namun peristiwa di dalamnya bukanlah sesuatu yang biasa. Inilah yang mengantarkan penulisnya menjadi terdakwa bagi yang tak setuju atas isi tulisannya. Tokoh utama yang memulai dengan pergulatan mencari Islam yang kaffah. Semangat yang sangat besar dalam berjuang. Lalu menemukan kekecewaan, dan berakhir menjadi seorang pelacur. Sebuah kisah yang tragis, bahkan untuk sebuah cerita karangan belaka, ini memang tragis. Apalagi buku ini berdasarkan sebuah kisah nyata.

Namun peristiwa di dalamnya bukanlah sesuatu yang biasa. Inilah yang mengantarkan penulisnya menjadi terdakwa bagi yang tak setuju atas isi tulisannya. Tokoh utama yang memulai dengan pergulatan mencari Islam yang kaffah. Semangat yang sangat besar dalam berjuang. Lalu menemukan kekecewaan, dan berakhir menjadi seorang pelacur. Sebuah kisah yang tragis, bahkan untuk sebuah cerita karangan belaka, ini memang tragis. Apalagi buku ini berdasarkan sebuah kisah nyata.

Apakah yang ada dalam fikiran anda, ketika seorang wanita saleh, berpakaian yang sopan, taat beribadah, tahajjud, puasa sunah, menjaga pergaulan, lalu dalam sekian tahun kemudian anda temukan menjadi seorang pelacur? Namun demikianlah cerita dalam buku ini. Sebuah organisasi yang punya cita-cita mendirikan negara Islam, akhirnya memberikan kekecewaan pada Nidah Kirani. Dan setelah itu mengalirlah kehidupannya dalam jalan-jalan gelap pekat.

Banyak yang dikuliti dalam kisah ini. Banyak yang dipertanyakan. Banyak yang digugat. Iman yang anda miliki akan diusik. Berbagai hal bisa dijungkirbalikkan. Yang diperlukan setelah membacanya adalah merenung. Mencari hikmah. Sangat tak pantas jika selesai membaca buku ini segera membuka mulut lebar-lebar untuk menelan penulisnya (Misalkan demikian yang ada dalam niat pembaca).

Dibuat tanggal : 29/03/2007 ¤ 07:31
Update terakhir : 29/05/2007 ¤ 05:38
Kategori : Lain-lain

* Diunduh dari blog Tn Heng Q

21 November 2007

Nanti, Di Depag Ada Pelacur

Di kolam pemancingan, sewaktu keasyikan membikin tanggapan atas esai Andreas Harsono tentang projek penulisan Seabad Pers Kebangsaan, telepon seluler saya berbunyi. Tenggg. Dari Departemen Agama rupanya. Sehari sebelumnya sudah ada telpon masuk di kantor. Saya kira teman yang main-main. Kalau isengnya muncul teman-teman itu biasanya ngaku-ngaku dari kapolda-lah, dari mabes AD...

Tapi rupanya tidak. Dari Litbang dari Departemen Agama ingin membedah buku Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur (dia nyebut judul itu malu-malu... soalnya mbak-mbak yang nelp). Pada akhirnya buku itu masuk juga di Depag setelah 4 tahun terbit. Acaranya 6 Desember. Mau dipanel dengan buku Jihad. Tapi saya bilang nggak bisa tanggal itu. Soalnya bersama teman-teman ada di Bali untuk acara Perubahan Iklim hingga tanggal 20. Bukan mau konferensi sih, tapi berkeliaran di Bali sampai Flores. Soalnya mengendarai motor lewat jalur pantai selatan Jawa.

Rupanya, Desember 2007 ada pelacur masuk Depag. Hehehehe... Mungkin ini ada hubungannya dengan begitu gencarnya ajaran nyeleneh yang muncul di masyarakat. Atau mungkin juga Litbang Depag mulai curiga saya membuat sekte baru Al-Nidahiyah Wal Kiraniyah dan karena itu Depag ingin meneliti soal itu. Mungkin loh ya.