::gus muh
Buku ini adalah himpunan karya-karya yang pernah dituliskan Tirto Adhi Soerjo, bapak dari bapak bangsa Indonesia, sang dinamo pergerakan nasional, perintis penyadaran bangsa agar bergegas bangun dari tidur untuk segera menanggalkan nasib sebagai bangsa yang terprentah. Dinukil langsung dari suratkabarnya: Pembrita Betawi, Soenda Berita, Medan Prijaji, Soeloeh Keadilan, serta Poetri Hindia.
Kurun edar koran-koran yang memuat tulisan-tulisan Tirto ini--setelah melalui proses pengetikan ulang dengan penyesuian ejaan demi memudahkan pembaca dan dituangkan kembali dalam bentuk buku ini--berkisar antara tahun 1902-1909.
Menyusuri seluruh tulisan Tirto, tahulah kita ia adalah pribadi yang kompleks. Ia seorang jurnalis terlatih dan penulis yang tajam tanpa basa-basi, pejuang pers, penggerak organisasi, alkemis, kronikus, dan sekaligus sastrawan.
Dalam praksis politik, Tirto mempraktikkan strategi politik dua kaki (kooperatif dan nonkooperatif); dengan korannya ia bisa galak dengan feodalisme dan kolonialisme. Namun di sisi lain ia juga bisa intim dengan Gubernur Jenderal dan aparaturnya sebelum ia kena vonis sebagai Pribumi yang paling berbahaya bagi politik Hindia jika dibiarkan terus bebas.
Bahkan dari pribadi inilah muasal tiga tradisi pergerakan yang selama berdekade-dekade lamanya saling menghantam dan membunuh.
Ia pendiri Sarekat Dagang Islamijah yang kemudian bermetamorfosis menjadi Sarekat Islam yang kemudian membelah lagi menjadi gerakan Islam (Tjokro dan Salim) dan komunis (Semaun). Ia juga pendorong bagi lahirnya Boedi Oetomo yang bermetamorfosis menjadi pergerakan-pergerakan yang berorientasi nasionalis.
Nah, mengambil sosok Tirto sebagai teladan artinya kita coba menenggang pembelahan yang begitu kronis dalam sejarah ideologi bangsa ini.
Judul: Tirto Adhi Soerjo: Karya-karya Lengkap
Penyusun/Penyunting: Muhidin M Dahlan dan Iswara N Raditya
Penerbit: I:BOEKOE, Desember 2008
Tebal:1064 hlm
Ukuran: 15x24 cm
* Dicetak terbatas hardcover. Untuk pemesanan hubungi: 081328690269 (Ria/Jakarta) dan 08886854721 (Nurul/Jogja)
2 comments:
minke-minke, nasib mu kini, memang tito adi suryo banyak berjasa di bidang jurnalistik pra kemerdekaan tapi sayang sekarang di lupakan, seharusnya lah mas minke ini yang pantas di sebut bapak pers indonesia.
ya memang Bapak Pers Indonesia, mas. Kata Pram, hehehe...
Post a Comment