Cerita paling dramatis tentu saja Pramoedya Ananta Toer. Hikayat kehilangan data begitu menyayat-nyayat hingga membiakkan dendam yang dipikul Pram sampai mati. Pada 13 Oktober 1965, massa mengepung rumahnya dan membakar kliping-kliping tentang Indonesia yang disusunnya 15 tahun sebelumnya. Pram mengiba rampaslah kliping itu, serahkan ke (perpus) negara, tapi jangan dibakar.
Api melenyapkan data-data itu. Pram lima tahun shock di pembuangan. Bukan cuma itu, dirinya juga mengikuti data-data itu. Dihilangkan paksa dari masyarakat. Dan Pram, di ujung usianya masih bergetar suaranya ketika diminta berkisah tentang data yang dibakar pada 13 Oktober itu.
Data adalah nyawa kreatif seorang penulis dan periset.
No comments:
Post a Comment