::la fitra, http://www.sweet-vanila.blogspot.com
Novel Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur saya temukan di TB Gramedia Pondok Indah ketika sedang menikmati hari2 cuti saya. Melihat dari judulnya yang kontroversial, saya putuskan membeli buku tersebut.
Bercerita awal dari seorang Nidah Kirani yang memiliki ghirah (semangat) yang tinggi dalam memperbaiki kehidupan spritual nya, maka seorang Nida tersebut aktif menjalani kehidupan akhwatnya di sebuah pondok dan beberapa organisasi Islam demi mencari titik-titik getaran hati untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Ritual ibadah yang ia jalani dengan keikhlasan yang penuh, tidak hanya yang wajib melainkan semua sunnah, Dhuha di pagi hari hingga bersimpuh di sepertiga malam ia persembahkan dalam tahajjud-nya dengan bersimbah air mata dan getaran hati yang berdesir ketika bait demi bait lantunan zikir memenuhi hatinya. Betul-betul sebuah penyerahan diri yang hampir sempurna.
Sayangnya segala dogma yang disampaikan ditelan mentah oleh seorang Nidah. Maka ketika dia terjebak sebuah pertanyaan-pertanyaan logika tentang agama oleh seorang teman dari aliran keras, sontak dia terkaget, logikanya tentang agama mulai tergelitik. Disinilah berawal-nya seorang Nidah memulai fase yang membawa nya kepada sebuah kehidupan yang total berbeda 180 derajat di masa depannya.
Berawal dari bergabung-nya ia dalam sebuah kelompok Islam yang bercita-citakan membentuk sebuah negara Islam karena ketertarikannya akan mengkaji Islam yang sesungguhnya. Ghirah-nya yang meluap-luap ternyata malah membawa ia kepada keterpurukan kekecewaan hingga ke dasar sumur. Islam yang dia harapkan tidaklah sesuai dengan yang ada di benaknya. Ditambah pula kekecewaan-nya akan seorang lelaki dengan status ketua sebuah himpunan organisasi Islam yang besar yang telah merampas kehormatannya.
Maka ia mulai mempertanyakan keadilan Tuhan, ke-Maha pengasihan Tuhan. Babak demi babak kehidupannya membuat ia mulai kecewa dengan Tuhan dan mulai mengadakan pemberontakan, dengan melanggar satu persatu apa yang dilarang dalam ajaran ketuhanan. Hidupnya terus mengalir dengan cepat dalam sebuah labirin hitam, hingga pada titik nadir diapun mengimani Iblis sebagai golongan terbuang yang dimarginalkan.
Jujur saja, setelah membaca buku ini, hati saya bergidik ngeri membayangkan kehidupan yang terjadi dengan sang tokoh, novel ini adalah sebuah fiksi yang berbahan inti dari sebuah wawancara dengan sang tokoh Nidah, artinya cerita ini adalah nyata! Dan buku ini pun menuai banyak hujatan yang sangat pedas dari berbagai kalangan, banyak yang menyatakan Novel ini adalah sampah, sang penulis adalah seorang kapitalis yang ingin mengeruk materi saja tanpa mempertimbangkan tanggung jawab moral, bahkan yang paling pedas mengecap penulis novel ini adalah kafir!
Saya pribadi melihat buku ini adalah sebuah cerita yang ingin mengungkapkan sisi kekecewaan seseorang dengan Tuhan-nya sehingga ia memiliki pola pikir yang diluar jangkauan nalar dan nurani kebaikan.
Buku ini membuat saya lebih berfikir agar dalam mempelajari sesuatu lebih berhati-hati, tidak menyitir ajaran dengan setengah-setengah, dan saya akan lebih menekan diri saya apabila menerima ketidak sesuaian dengan keinginan itu adalah cobaan dari Tuhan untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya bukan malah sebaliknya. Mudah-mudahan apa yang dialami Nidah Kirani sang tokoh ini adalah sebuah proses metamorfosa yang akan segera mengembalikan ia kepada Fitrah-nya sebagai manusia kebaikan. Amiin
Satu hal, melihat judul buku ini, saya merasa kurang pas bila nama Tuhan dibawa untuk sebuah permintaan yang tidak baik (adakah yang beranggapan meminta ijin menjadi pelacur adalah permintaan yang baik?). Bukankah Tuhan adalah tempat kita memohonkan kebaikan,saya rasa kita tidak pernah memohonkan keburukan kepada Tuhan? Jadi menurut saya alangkah baiknya bila kata Tuhan tidak dipakai dalam judul buku ini.
Memang banyak sekali hal-hal yang kontroversial dalam novel garapan Muhiddin ini, pada bab-bab awal kita akan menemukan banyak sekali sitiran beberapa ayat-ayat Al-Qur-an, tetapi pada bab pertengahan dan akhir akan dijumpai banyak kalimat-kalimat yang vulgar.
Saya sebagai orang yang awam akan sastra hanya berusaha mengambil sisi positif dari cerita yang banyak menuai penilaian negatif ini. Dan pastinya para pembaca memiliki beragam sudut pandang. Tapi saya yakin penulis tidak memiliki maksud mengajak pembacanya untuk mengikuti jejak hidup sang Tokoh, dan semoga tidak ada seorang pembaca pun yang berkeinginan menjalani hidup dalam labirin gelap. Cerita ini adalah pembelajaran dari sebuah kesalahan!
posted by Fluffy's Mom at mercredi, février 01, 200, 64:46 PM
ENAM KOMENTAR
Anonyme said...
Mbak jangan banyak baca fiksi ya, ntar mbaknya suka yang fiksi-fiksi, cari yang ilmiah aja lah.
mer. févr. 01, 05:40:00 PM
Anonyme said...
mbak kalo baca kitab itu mbok sing bermanfaat jangan habiskan waktu baca kitab kaya' gituan kan kita sudah ada tuntunan yang untuk diikuti, sirah yang bermanfaat lagi shahih dan kitab-kitab dari para para 'ulama sunnah wal jama'ah salah satunya kitab Nashihati lin Nisa(Rp 45000(Bhs Arab)). Insya Allah bermanfaat bagi kalian kaum hawa. Kitab tauhid, dan kitab-kitab yang lain
referensi: Insya Allah bermanfaat
http://assunnah.cjb.net/
http://islam4kids.com/
http://www.salafipublications.com/
http://www.salafiaudio.com/
mer. févr. 01, 06:18:00 PM
Anonyme said...
afwan ini lanjutannya:
untuk kitab-kitab tersebut dipelajari harus ada ustadznya yang benar-benar menguasai 'ilmunya masing-masing bukan seperti kebanyakan da'i yang ada di TV yang 'ilmunya hanya menurut dirinya sendirinya tanpa merujuk AlQur'an dan Hadits yang sesuai dengan pemahaman para shahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in. Kebanyakan mereka mengucapkan hadits yang dhaif dan jarang menyebutkan darimana asal hadits tersebut. Kalo mereka bicara misalnya="Menurut Al Hadits" hanya dibacakan menurut hadits dan matannya. tanpa menyebutkan sanad dan derajat hadits padahal hal tersebut penting. Sekali lagi saya tekannkan kalo ngaji(belajar) harus ada ustadznya biar tidak tersesat dalam memahami hadits. Kalo hanya baca dari buku tanpa guru maka 'ilmu yang anda pahami di dalamnya ada keraguan karena tidak ada yang menjelaskan padahal dalam pembahasan sebuah kitab ustadz pasti merujuk kitab yang lain dalam menerangkan sebuah hadits untuk mengetahui derajat hadits tersebut.
Barakallahu fiikum
mer. févr. 01, 06:54:00 PM
la-fitra said...
Kepada Anonymous, terima kasih atas komentar dan nasihatnya yang mulia. Semoga anda dan kita semua dapat istiqomah di jalan Nya. Namun saya pribadi merasa pembelajaran itu tidak selalu dapat dari kebenaran saja, kesalahan seseorang dapat menjadi pembelajaran buat saya pribadi. Layaknya sampah pun tetap dapat dimanfaatkan. Tetapi sekali lagi ini hanyalah pandangan pribadi saya dan terima kasih atas sarannya untuk memilah-milah ustadz bila hendak belajar, semoga anda sendiri menjadi ustadz yang bermanfaat untuk umatnya.Amiinn
jeu. févr. 02, 07:54:00 AM
Nahria Medina Marzuki said...
Pinjem donk mbak bukunya :)
Btw, MHI itu Man's Health Indonesia, itu milis...milis tenis tepatnya :)
Udah ada kok penjelasannya, yaya tambahin barusan. Mampir lg yaa ke http://yayachantique.blogdrive.com
lun. févr. 06, 09:02:00 AM
Bunda Raihan said...
yup, g setuj, klo doa tuh harusnya yg baik2,..masa doanya jadi perek..oucch...
1 comment:
lagi-lagi..
1. Berkaca pada cermin yang keruh
2. eh ladhalaahh...muka buruk, cermin dibelah!
salam dari Albert Camus...
Post a Comment