::engkos kosnadi
Sebuah penelitian Stanford Research Institute pernah melakukan sebuah penelitian tentang effective communication dan menemukan bahwa ada empat keterampilan dengan masing-masing bobotnya, yaitu listening skill (50 %), expression skill (25 %, dengan komposisi 30:70 untuk verbal:body language), reading skill (15 %) dan wraiting skill (10 %).
Reading skill menempati bobot 15 % tetapi menurut Sudhamex AWS bahwa membaca itu sesungguhnya kasus intrapersonal communication (solliloqui) dan bukan interpersonal communication.
Jadi dapat ditafsirkan bahwa peran membaca itu tidak hanya melalui melalui “reading skill” melainkan pula “listening skill” dalam hal ini karena mendengar disini adalah terhadap suara hati (inner voice) kita sendiri.
Itulah membaca, tapi manfaat apa sesungguhnya yang didapat dari bacaan?
Sebuah studi mengatakan membaca membawa bekal manfaat yang tidak sedikit seperti menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan, kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.
Dengan sering membaca, orang bisa mengembangakan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.
Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir; membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan, kebijaksanaan para sarjana.
Artinya, dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup.
Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia, dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat.
Lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat). (”Don’t be Sad”, DR. Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA).
Tapi dengan itu lantas kita percaya begitu saja kalau belum ada yang mempraktekan?
Judul Buku: Para Penggila Buku (Seratus Catatan di Balik Buku)
Penulis : Diana AV Sasa & Muhidin M Dahlan
Penerbit: I:Boekoe, Jogjakarta (2009)
Tebal: 667 halaman, 24 cm
Harga: Rp 200.000
ISBN: 978-979-1436-14-4
Engkos Kosnadi (Rama Prabu), Pendiri/Peneliti Kaoem Dewantara Institute
Blog: http://ramaprabu.multiply.com
FB: Rama Prabu
Resensi ini dimuat di Oase Kompas Edisi 12 Juni 2009.
No comments:
Post a Comment